“Kau tidak sedang menghianatiku, bukan? Kau pasti sedang tidur di kamar hotel. Andaipun benar, di gambar itu adalah dirimu, kau pasti punya alasan untuk melakukan itu semua, bukan?” gumam Langit membesarkan hatinya. “Ya-ya—ya, kau pasti tidak akan mungkin menjadi penghianat dalam hubungan kita…” Langit berjalan mondar-mandir di balkon itu. Lalu dia menghubungi sahabatnya yang telah mengiriminya pesan singkat berisi gambar milik sang kekasih. “Halo, Bend…” sapa Langit dengan santai berusaha setenang mungkin karena enggan dia terlihat tidak ambil peduli dengan kiriman gambar tersebut. Maklum saja, pria yang di panggil Bend oleh Langit, selain sahabat dekatnya juga merupakan rival bisnis keluarga Andono. “Bro, lu udah lihat, bukan? Foto dan video yang gue kirim?” Tanya pria yang di panggi

