94. Erika 15

1777 Kata

“Ayah!” Suara nyaring itu terdengar dari arah pintu masuk, lengkap dengan langkah kaki tergesa menuju ke arah kamar. “Ayah!” Teriaknya lagi, tidak mengecilkan volume suaranya, tapi justru semakin keras berteriak saat tidak kunjung mendapat respon dari seseorang yang tengah dicarinya. “Ayah mana?” Wanita paruh baya, yang sudah lama bekerja di rumah itu menjadi sasarannya bertanya. “Di kamar, Non.” Balasnya dengan nada suara lembut dan pelan. “Mungkin ngelonin Eros, tadi ngantuk katanya.” “Ih,” Erika menghentakan kaki, tahu jika saat bersama anak kecil itu sang ayah tidak bisa diganggu. Bukan hanya tidak bisa diganggu, tapi saat suaranya dianggap mengganggu maka bocah kecil bernama Eros itu akan menangis sejadinya, seolah ia telah dianiaya. Akhirnya Erika pun tidak dapat kembali be

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN