Akhir pekan, niat Lean untuk istirahat total seperti biasanya bangun agak siangan gagal total karena sejak pagi buta sudah bolak-balik ke kamar mandi memuntahkan isi perutnya. Mukanya sampai pucat dan sempat sempoyongan, hingga Vian ketar-ketir terus mengawasinya. Takut kalau istrinya sampai jatuh, apalagi pingsan di kamar mandi. “Minum dulu obatnya biar nggak mual!” Vian menyuapkan sebutir obat, lalu memberi segelas air putih hangat untuk istrinya yang duduk menyandar di tempat tidur. “Huueekk!” Lean membekap mulutnya, nyaris muntah saat menelan obatnya. “Anak Papa jangan rewel gini dong! Kasihan mama sudah lemas dari tadi muntah terus, Nak!” ucap Vian mengelus punggung istrinya, dengan tangan satunya mengusap lembut perut Lean yang memejamkan mata menahan pusing. Melihatnya terengah

