. Liam hampir menembak ponsel di tangan Lean saking jijik menddngar ocehan Hardian, tapi Jingga menyambar tangan pria yang sudah dianggap abang itu. Marah pasti. Siapa yang terima dihina serendah itu, tapi Jingga terlalu pandai mengendalikan emosinya. Sama seperti papanya, diam, anteng, tapi mengerikan saat tersenggol. “Kita lihat saja, aku pasti mendapatkan potongan telingamu!” “Hardian! Tolong kami sekali ini saja. Tolong anak kita, Hardian. Vina sudah tertembak. Lean benar-benar akan membunuhnya!” teriak Tari blingsatan takut. “Bukan urusanku! Kalau mau mati, mati saja sana! Aku tidak peduli. Dasar p*****r tidak tahu diri!” sahut Hardian, lalu mematikan sambungan teleponnya. Semua mata sekarang tertuju ke mereka berdua yang masih bersimpuh dengan kondisi mengenaskan. Darah mulai b

