Pagi ini satu tamparan keras mendarat di pipi kirinya. Mamanya sangat marah besar setelah mengetahui kalau dia sempat menampar Zahira sebelum dia pulang ke rumah ibunya. “Keterlaluan kamu, Ar, apa pernah Mama dan Papa mengajarkan kamu berbuat kasar kepada wanita?!” Arkan tak bisa menjawab atau memberikan alasan karena dia juga mengakui kesalahannya kali ini. Tak seharusnya dia melimpahkan emosinya pada Zahira dengan cara yang kasar. “Mama benar-benar malu sama Bi Sumi karena kelakuan kamu pada Zahira.” Maya menatap putra kebanggaannya dengan tatapan kecewa. Dia sendiri tak menyangka putranya berani berlaku kasar pada Zahira yang selalu sabar dan tidak berbuat ulah. “Apa salah Zahira sampai kamu berani menyakiti dia, hah?” Saking kesalnya Maya sampai memukuli d**a Arkan dengan tenag