Setelah kepergian ayah dan ibu, tinggallah Tristan dan Joanna sendiri di ruang tengah. Tristan keliatan tenang. Berbeda dengan Joanna yang sedari tadi sudah mencoba menahan amarah tapi tidak ia lakukan karena di depan kedua orang tuanya. Dan kini orang tuanya sudah tidak ada maka kesempatan baginya untuk meluapkan emosi yang membuncah. “Kau! Apa yang kau lakukan barusan? Aku tidak tahu maksudmu bilang begitu. Kenapa kau menyetujui pernikahan ini? Yang seharusnya tak dilangsungkan? Bilang saja kau mau ambil kesempatan lagi dariku, bukan?” Joanna memaki panjang lebar. Muka Joanna merah padam menatap Tristan. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun sampai dia mengebrak meja pula. “Kenapa kau masih diam saja? Aku tak ingin menikah denganmu!” “Dengar! Kau tidak ingin menikah bukan? Bagaima

