Joanna memutar manik matanya, melihat siapa yang menawarinya tumpangan barusan. “Kau?! Kau bilang kau shift dua, sibuk dan apalah itu namanya aku kurang jelas. Kenapa sekarang pulang?” ketus Joanna. Pria itu memang Tristan. Dia tidak suka dengan pria yang plin-plan. Sebelumnya bilang apa tapi beberapa saat setelahnya sudah berubah menjadi apa. Ia tak suka itu. “Ya, kau tahu sendiri ternyata semua pekerjaan sudah beres. Semua sudah di-handle oleh anggotaku.” Jawaban dari Tristan itu terdengar seperti pamer di telinga Joanna. Dan jujur itu membuatnya sedikit ilfil. “Oh, baguslah jika begitu. Manajer sekuriti memang hebat. Dia bahkan bisa mengalahkan atasan di kantor ini,” sindir Joanna. Baginya, sekuriti tetaplah sekuriti. Apapun itu tingkatannya, meskipun seorang manajer sekalipun,

