Jonita menangis sesenggukan di dalam kamarnya. Gadis itu memeluk lututnya sambil duduk di lantai bersandar pada tempat tidurnya. Dia masih tidak percaya jika dirinya adalah anak pungut. Sakit sekali hatinya sekarang jika mengingat ucapan dari Delia. Tuan Keni mengetuk pintu kamar Jonita. Gadis itu membukanya, melihat papanya yang datang dia segera menghambur memeluknya erat sekali. "Papa.. papa.. " Jonita ingin mengeluarkan beberapa pertanyaan tapi tidak bisa. Gadis itu hanya mengeluarkan suara isak tangisnya. "Sudah jangan menangis lagi. Cepat tidur, besok Nita harus ke sekolah kan?" Ujar tuan Keni sambil tersenyum menatap wajah putrinya. Gadis itu menganggukkan kepalanya, tuan Keni mengusap air mata di pipi Jonita. Kemudian mencium keningnya. Dia menuntun Jonita agar berbaring di at