154:ARGA-PENYESALAN

1639 Kata

“Assalammu’alaikum,” ucap Ayra seraya membuka pintu kediaman kami. “Wa’alaikumsalam,” sahut gue. Ia lalu tergelak. Semua bawaannya ia geletakkan di batas foyer sebelum bergegas ke wastafel untuk mencuci tangan. “Ya ampun, Agha lagi apa?” Jadi, gue mengikatkan tali — yang terhubung ke balon — di pergelangan tangan kiri dan kedua kakinya Agha. Warna balonnya emas, merah dan hijau. Belum lama sih. Lebih tepatnya setelah Agha bosan ngobrol sama pantulan dirinya sendiri. Kebayang kan gemesinnya? Kaki dan tangannya bergerak-gerak hendak mengejar ketiga balon. Kedua matanya melebar, mulutnya mengoceh atau manyun-manyun. Belum lagi ekspresi riangnya yang ngga jemu diperhatikan. “Belum nyusu tuh, jagiya.” “Iya, itu Abang lagi hangatin asi ya di dapur?” tanya Ayra setelah mencium kedua pipi g

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN