Pintu bercat putih itu, terbuka sedikit kuat begitu Viora mendengar jika ibunya sedang terbaring tak berdaya di dalam sana. Pandangannya yang berkaca-kaca, pun menemukan sosok yang selalu dia rindukan tengah terbaring lemah dengan alat penunjang kehidupan yang menjadi teman dekatnya. “Ibu?” suara bergetar Viora bersamaan dengan langkah cepatnya menuju brankar ibunya terbaring. Saat sampai di sana, tangisnya pun pecah. Kondisi ibunya sangat tak baik-baik saja. Ibunya terlihat begitu pucat seolah tak ada lagi kehidupan di sana. Bibir tipis yang biasa berlipstik terang itu, bahkan berwarna sedikit kebiruan. Entah sakit apa yang diderita ibunya sampai-sampai kondisi ibunya seperti sekarang? Tangan Viora yang bergetar kecil, segera meraih tangan ibunya yang tergeletak di perut kemudian meng