“Kini biar waktu menikam perasaan kita masing-masing. Entah menyadarkan atau melenyapkan. Lepas genggaman, cinta terbunuh pelan-pelan. Terutama tentang kita. Sesederhana itu aku mencintaimu, serumit itu kamu mencintainya, Mas. Sesederhana aku ingin bahagia denganmu, serumit itu kamu ingin bahagia dengannya.” Sovia bergumam lirih, saat melihat kepergian Arga. Hingga dia tidak melihat lagi bayangan mobil Arga yang sudah melesat menuju ke Apartemen Aina. Sovia mengusap kasar wajahnya, menyeka seluruh air mata yang jatuh di pipinya. Tidak ia sangka, lima tujuh tahun lamanya dia bersama Arga, akan selesai dengan sia-sia karena sebuah pengkhianatan. Sovia kembali duduk di sofa ruang tamu. Dia masih belum mau masuk ke dalam kamarnya. Semua tentang Arga kembali teringat lagi. Tak satu pun luput d