Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Malam ini aku berencana membeli keperluan bulanan di minimarket terdekat. Gara-gara terlalu sibuk, aku sampai abai dengan peralatan mandiku yang ternyata hampir semuanya habis. Tadi saja, aku sampai harus memasukkan air ke dalam botol shampoku. Miris sekali! Krek! Bunyi itu adalah bunyi dua pintu. Aku menoleh, dan si 910 juga menoleh. Aku sedang malas menyebut namanya, karena aku merasa beberapa hari terakhir ini dia mengabaikanku. Sebantar, bukannya aku berharap dia akan mengejarku seperti sebelum-sebelumnya, tetapi kali ini level pengabaiannya agak keterlaluan. Aku bahkan sudah basa-basi menyapanya, dan hanya dibalas dengan gumaman tidak jelas. Aku merapatkan jaketku, lalu bergegas masuk lift. Si 910 masih ikut masuk, tetapi kami saling diam tak menyapa. Jangankan menyapa, menol