Suara derap langkah kaki yang bergerak dengan cepat terdengar dari luar klinik kampus. Beberapa detik kemudian, pintu klinik kampus terbuka dan tiga orang berjalan memasuki ruangan. Bella melihat ketiga orang tersebut berjalan mendekat ke arah ranjang pasien tempat ia duduk dengan raut wajah khawatir. “Kamu kenapa, Bel? Kenapa bisa ada di klinik kampus?” tanya Fika, orang yang berdiri paling dekat dengan Bella. “Aku enggak apa-apa, Fik,” jawab Bella yang merasa lebih baik setelah mendapatkan pengobatan pada luka di dahinya. “Kalau enggak apa-apa kenapa kamu bisa terluka seperti itu, Bel?” tanya Fika, tak percaya. Dia memandang dahi Bella yang terluka yang kini telah tertutup perban. “Tadi aku kurang hati-hati waktu berjalan ke kelas, Fik. Aku tersandung dan jatuh membentur tembok,” ce