Semua mahasiswa baru berkumpul di lapangan depan kampus. Mereka akan menerima penjelasan tentang kegiatan OSPEK yang akan mereka ikuti selama tiga hari ke depan.
Setelah meletakkan tas di aula, Bella dan Fika ikut berkumpul di lapangan bersama para mahasiswa lainnya. Mereka berdiri di barisan tengah dan tampak serius menyimak penjelasan dari kakak-kakak senior mereka.
Bella melihat Rendra datang ke lapangan bersama perempuan yang tadi pagi bertabrakan dengannya. Mereka berdua bergabung dengan kakak-kakak senior yang menjadi panitia OSPEK di bagian depan lapangan. Bella menghela napas panjang untuk meredakan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang dadanya. Dia berusaha fokus mendengar penjelasan kakak senior yang sedang berbicara di depan dan mengabaikan keberadaan Rendra bersama kekasihnya.
Setelah selesai memberikan penjelasan, acara dilanjutkan dengan pengenalan para kakak senior yang merupakan panitia OSPEK. Kehebohan terjadi ketika kakak-kakak senior yang rata-rata berwajah cantik dan tampan ini mulai memperkenalkan diri masing-masing.
Selain Rendra dan sang kekasih yang ternyata bernama Viona, ada nama-nama lain yang Bella tahu seperti Yoga, Ika, Iqbal, Meta dan masih banyak yang lainnya. Mereka tampak berwibawa, bahkan terkesan garang. Bella berharap tidak akan berurusan dengan mereka selama OSPEK berlangsung. Dia ingin menyelesaikan masa OSPEK ini dengan tenang tanpa membuat keributan dengan kakak-kakak seniornya.
“Kak Rendra ganteng, ya, Bel,” ujar Fika dengan suara pelan sehingga hanya Bella saja yang bisa mendengarnya.
Bella hanya tersenyum menanggapi ucapan Fika. Rendra memang terlihat paling tampan di antara kakak-kakak senior mereka yang berdiri di depan.
Rendra bertubuh tinggi, atletis, dan berkulit putih. Wajahnya yang tampan dengan sorot mata tajam menambah pesona yang ada di dalam diri Rendra. Walau hanya mengenakan celana panjang hitam dan kemeja biru dengan jas berwarna abu-abu yang menutupinya, tapi hal itu tidak mengurangi ketampanan yang dimiliki oleh Rendra.
“Kak Yoga juga ganteng, Bel, manis lagi,” lanjut Fika, memberikan komentarnya.
Bella menoleh memandang Fika. “Kamu menyukainya, Fik?” tanyanya menaikkan sebelah alis.
“Apaan sih, Bel ... aku kan cuma bilang ganteng,” tekan Fika dengan suara pelan.
Bella tertawa kecil. Baru kali ini dia mendengar Fika berbicara tentang laki-laki. Wajah Fika memerah ketika digoda olehnya.
oOo
Bella berdiri di pinggir jendela kamar sambil memandang kegelapan malam di luar rumah. Sejak pulang kuliah, dia mengurung diri di dalam kamar. Bella hanya keluar untuk makan malam bersama Tante Rina dan Om Rizal. Bella beralasan kalau dia lelah setelah melakukan OSPEK seharian.
Bayangan wajah Rendra masih terus menari-nari di depan mata Bella. Sikap Rendra yang seolah tidak mengenal Bella. Kemesraan Rendra dan Viona. Panggilan sayang yang dilontarkan Rendra untuk kekasihnya. Semua itu terus terngiang di kepala Bella hingga membuat ia berulang kali meneteskan air mata.
“Aku sadar aku nggak punya hak untuk cemburu, Kak. Tapi, hati ini sangat sakit melihat kamu bermesraan dengan Kak Viona,” gumam Bella dengan tatapan mata menerawang.
Sudah lama Bella memendam rasa cinta untuk Rendra. Dia berharap suatu saat nanti cintanya akan terbalas dan mereka bisa bersama. Namun, kini harapan Bella telah pupus karena Rendra sudah memiliki seorang kekasih.
oOo
Rendra duduk di pinggir ranjang sambil memandang sebuah foto di tangannya. Mata Rendra tidak berkedip memperhatikan foto dirinya bersama seorang perempuan mungil yang tersenyum lebar ke arah kamera.
“Aku hampir lupa kalau kita pernah sedekat ini, Bel,” kata Rendra dengan suara pelan.
Ya. Foto yang ada di tangan Rendra sekarang adalah foto dirinya bersama Bella saat masih SMA. Foto itu diambil saat mereka berdua jalan-jalan ke DUFAN. Rendra dan Bella berdiri di depan wahana bianglala. Rendra merangkul Bella dan mereka berdua tersenyum ke arah kamera.
“Aku nggak tahu harus bersikap seperti apa ke kamu sekarang, Bel,” gumam Rendra, memandang foto wajah Bella.
Rendra menghela napas panjang. Dia teringat alasan yang membuat hubungan dirinya dan Bella merenggang. Sebuah gosip beredar di sekolah mengenai perasaan Bella yang mencintainya. Rendra yang saat itu hanya menganggap Bella sebagai adik kelasnya saja, menjauhi Bella untuk meredam gosip tersebut. Dia selalu menghindar bila melihat Bella di koridor sekolah. Namun, sepertinya sikap Rendra telah melukai hati Bella. Sejak saat itu, hubungan Rendra dan Bella merenggang. Mereka berdua tidak pernah berkomunikasi lagi hingga akhirnya Bella pindah sekolah.
Bayangan wajah Bella muncul di pelupuk mata Rendra. Bella yang Rendra lihat sekarang sudah jauh berbeda dengan Bella yang dikenalnya dulu. Kini, Bella telah tumbuh menjadi gadis manis yang cantik dengan gingsul yang menyembul di balik bibirnya. Bella tampak semakin dewasa meskipun proporsi tubuhnya masih tetap kecil dan mungil.
Rendra jadi teringat kejadian yang terjadi beberapa tahun yang lalu, sehari setelah Bella pindah sekolah.
oOo
“Kak Rendra.”
Rendra yang sedang berjalan di koridor bersama Doni menghentikan langkah mendengar panggilan itu. Doni juga ikut berhenti mengikuti Rendra. Mereka menoleh dan melihat seorang perempuan dengan rambut di kucir kuda berjalan mendekatinya.
“Salsa, ada apa?” tanya Rendra, memandang adik kelas yang telah berdiri di hadapannya.
“Aku mau menyampaikan pesan dari Bella, Kak,” ujar Salsa, menatap Rendra.
Rendra mengernyitkan dahi. Dia sudah mendengar kabar kepindahan Bella dari sekolah ini. Kemarin Rendra juga melihat Bella pergi dari sekolah ini bersama seorang laki-laki paruh baya yang ia duga sebagai papa Bella.
“Pesan apa, Sa?” tanya Rendra, akhirnya. Dia menatap Salsa yang tak kunjung menyampaikan pesannya.
“Bella berpesan agar aku menyampaikan permintaan maafnya kepada Kak Rendra,” ujar Salsa, memberi tahu.
“Permintaan maaf untuk apa, Sa?” tanya Rendra dengan raut wajah bingung. Dia merasa Bella tidak membuat salah kepadanya.
“Entahlah. Bella nggak menjelaskannya kepadaku, Kak,” kata Salsa, mengangkat kedua bahunya. “Aku yakin kamu lebih mengerti arti permintaan maaf dari Bella itu, Kak,” lanjutnya kemudian.
Setelah mengatakan hal itu, Salsa berjalan meninggalkan Rendra dan Doni yang saling pandang dengan raut wajah heran.
Rendra memandang kepergian Salsa yang menghilang di ujung koridor. Wajahnya berubah murung ketika teringat akan sosok Bella yang pernah dekat dengannya. Sedikit banyak Rendra memahami maksud permintaan maaf dari Bella.
Seharusnya bukan Bella yang meminta maaf, melainkan Rendra. Rasa cinta yang dimiliki oleh Bella untuknya bukanlah sebuah kesalahan. Rendra seharusnya bisa lebih bijaksana dalam menyikapi gosip yang beredar di sekolah ini, bukan malah menjauhi Bella hingga membuat hubungan mereka merenggang.
Rendra menghela napas panjang. Ada rasa sesal yang menghinggapi hati Rendra sekarang. Seharusnya dia mengikuti saran Doni untuk menemui Bella kemarin.
oOo