Di mall, tepatnya di restoran cepat saji. Terlihat Namira merasa malu sendiri, setelah menceritakan sekilas kehidupannya di masa ia kecil hingga ia, dewasa seperti saat ini. Apalagi saat tatapan Namira terarah pada Pak Wijaya, dan Bu Endang saat ini menatapnya dengan tatapan penuh arti. Ia merasa yakin, kalau kedua orang dewasa di hadapannya selesai mendengar ceritanya pasti merasa iba padanya. "Bu ... Pak ... jangan menatap saya seperti itu, saya merasa malu, sekaligus menyedihkan," ucap Namira lirih. Kebetulan kedua tangan Namira sengaja ia takutkan, kini berada di atas meja. Bu Endang yang paham dengan perasaan Namira saat ini. Tanpa pikir panjang, langsung meraih salah satu tangan. "Kenapa kamu mesti malu, Nak? Bukankah tadi, kami yang meminta kamu untuk bercerita tentang keluarga