“Hah … kuharap dia baik-baik saja,” ucap Lova seraya menutup pintu. Zegan seketika mendelik. “Kau sangat perhatian,” ucapnya sarkas. Juna baru saja pulang dan Lova seperti begitu memperhatikannya. Lova memutar bola mata malas lalu mengatakan, “Mau bagaimana lagi? Bagaimanapun dia adik ipar, dia adikmu. Jika terjadi sesuatu padanya, tentu kau orang pertama yang akan dihubungi, bukan?” Zegan membuang muka sambil mendengus. Ucapan Lova benar adanya tapi, tetap saja ia merasa kesal mendengar Lova tampak perhatian pada Juna. “Dia bahkan menghancurkan rumahmu,” celetuk Zegan mengingatkan Lova apa yang Juna lakukan tadi siang. Lova mengarah pandangan pada jendelanya yang kini berlubang, membawa angin malam yang dingin masuk ke dalam rumah. “Harusnya aku minta ganti rugi tapi, seseorang m