Lova menatap takjub dekorasi indah di depan matanya. Sejak memasuki gedung, ia tak berhenti dibuat berbinar melihat indahnya dekorasi pernikahan Rigen dan Mia. Sementara itu, Zegan terus memperhatikannya dan muncul rasa bersalah yang merasuki pikiran.
“Kau menginginkannya?” bisik Zegan di telinga Lova yang membuatnya menoleh padanya.
“Apa?” tanya Lova.
“Pernikahan seperti ini. Kau menginginkannya? Pesta, dekorasi yang memukau mata, dan dihadiri banyak orang,” ujar Zegan. Ia dapat melihat Lova terus saja menunjukkan kekagumannya melihat pernikahan Rigen dan Ria. Sementara, pernikahan mereka begitu sederhana bahkan bisa dibilang, sama sekali tak berkesan.
“Tidak. Kenapa berpikir begitu?”
“Matamu menunjukkan semuanya.”
Lova hanya diam. Namun, tak mengalihkan pandangan sedetikpun da
