CHAPTER 24

1261 Kata
Kelas selesai ketika jam menunjukkan pukul setengah 11. Christian menyimpan kembali barang-barangnya dan meletakkan kacamatanya di atas meja. Sebelum membiarkan para mahasiswa itu keluar kelas, dia kembali bersuara. "Nona Anderson, setelah ini temui aku di ruangan ku." Queenie tiba-tiba merasa punggungnya tegang. Dia melirik teman-teman kelasnya yang lain sebelum akhirnya dia mengangguk. Astaga, sepertinya apa yang dipikirkan Queenie akan segera menjadi kenyataan. Christian akan menghukumnya karena datang terlambat. Pria itu lebih dulu keluar dari kelas dan diikuti oleh mahasiswa lainnya, sedangkan Queenie terdiam di atas tempat duduk dan merasa linglung sejenak. Tak! "Queenie! Kau berhutang penjelasan padaku!" Suara Mia tiba-tiba memenuhi telinganya. Sahabatnya yang satu itu duduk di samping Queenie dan menunggunya untuk segera berbicara. Tentu saja Mia merasakan kekhawatiran yang mendalam karena tidak bertemu dengan Queenie selama seminggu ini. Dia benar-benar butuh penjelasan. "Nanti saja, Mia... Aku harus menemui Profesor," Queenie hendak menghindar, tapi Mia menahan lengannya. "Tidak boleh setelah sahabat bodohku ini menjelaskan tentang anak kecil dan pria itu!" "Apa?! Ke-Kenapa kau membahas soal itu sih?" "Sudah kuduga kalau kau diam-diam punya pacar. Katakan padaku, apa kau mengencani pria tua? Dia m***m? Seorang duda?" Tanyanya bertubi-tubi. "Jauhkan pikiran gila mu itu, Mia. Aku tidak berpacaran dengan siapa pun," Elaknya. Mia menyipitkan mata karena tidak percaya dan tidak akan pernah. Queenie terlalu bodoh untuk menipunya. "Jujur saja padaku, Queen. Kita ini sahabat, aku bisa menyimpan rahasia mu." "Ehm... Nanti malam menginap saja di rumahku. Akan aku ceritakan padamu," Queenie mengambil tasnya lalu dia berlari meninggalkan Mia yang masih ternganga di tempat. Queenie dengan segera melangkahkan kaki menuju ruang kerja Christian. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan dua pria gila yang sangat dia benci. Austin dan Adam. "Berhenti! Kau mau ke mana, Queen sayang?" Queenie tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia memutar matanya karena malas lalu dia berniat untuk kembali melangkah, tapi tubuh tinggi Austin tiba-tiba menghalanginya. "Sedang buru-buru, ya? Mau kami temani?" Suara Adam membuat Queenie muak. Pria sialan itu tidak jera juga padahal Queenie sudah mengadukan tingkah tidak sopan Adam kepada kakaknya, tapi sepertinya Adam masih ingin mengganggunya. "Adam! Aku peringatkan untuk menjauh dariku kalau kau tidak ingin menderita!" Adam melirik Austin lalu seketika mereka berdua tertawa. Queenie tersentak saat tiba-tiba Adam menyudutkannya ke dinding,"Benar juga. Kakak sialan mu itu sudah mematahkan hidungku. Tapi itu bukan masalah besar, Nona sombong," Ia mencubit gemas dagu Queenie, tapi Queenie menampar pria itu cukup keras. Dia benar-benar kesal melihat Adam atau Austin. Jika dia punya kekuatan super, sudah lama Queenie membakar habis dua pria gila ini. "Gadis sialan!" Adam hendak membalas tamparan itu, tapi tangannya tertahan di udara. Queenie langsung memejamkan mata karena tangan Adam hendak menamparnya, tapi seseorang berhasil menahan tangan itu. Adam dan Austin melirik ke arah tangan itu. Keduanya tiba-tiba memucat begitu melihat seorang pria yang lebih tinggi dan bertenaga daripada mereka berdua telah berdiri sambil menatap mereka seperti seorang pembunuh. "Lagi-lagi kau membuat masalah," Suara itu membuat Queenie membuka kedua matanya. Dia terkejut begitu melihat Christian berdiri di dekatnya sambil mencengkram pergelangan tangan Adam yang hendak menamparnya tadi. "P-Profesor... Ka-Kami tidak-" Christian mendorong kasar Adam sampai pria itu terjatuh. Austin dengan segera menolong temannya kemudian keduanya tergopoh-gopoh berlari dari sana. "Profesor..." "Kenapa kau diam saja, Queen? Kau tidak takut?" Christian bertanya serius kepada Queenie. Gadis itu hanya menundukkan kepalanya dan dia tidak menolak ketika Christian menarik tangannya untuk segera masuk ke dalam ruangan pria itu. Tadi Christian sedikit bertanya-tanya kenapa Queenie tidak sampai ke ruangannya, jadi dia memutuskan untuk mencari tahu. Beruntunglah karena dia datang tepat waktu, jika tidak, Queenie pasti akan kembali terkena masalah dengan dua pria gila tadi. Dia menutup pintu ruangan itu kemudian menguncinya. Queenie memilih untuk duduk di atas sofa tamu dan menunggu Christian menyampaikan pesannya. "Queen, kenapa kau tidak berlari dari dua orang itu? Atau berteriak?" Christian duduk di sebelah gadis itu lalu memandanginya lekat. Queenie memilin ujung gaunnya karena gugup. Dia bukannya tidak ingin melawan, hanya saja Queenie tidak ingin kalau Adam dan Austin semakin merasa kalau dia gadis lemah. Berteriak hanya akan menunjukkan bahwa dia gadis yang tidak bisa berbuat apapun. "Aku hanya tidak mau. Aku bisa melawan mereka," Jawabnya. Christian menatap dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sungguh, penampilan Queenie memang menggoda minat pria. Wajar saja jika gadis itu selalu diganggu setiap saat. "Lain kali sopan lah dalam berpakaian. Gaun yang kau kenakan terlalu pendek." Queenie memerhatikan dirinya sendiri dan ingin membantah. Dia tidak memakai pakaian seksi walau memang gaunnya tidak menutupi lututnya dengan sempurna. "Maaf, Profesor." "Dan sejak kapan kau mengepang rambut?" "Sejak... Hari ini?" Jawab Queenie. Dia semakin gugup karena Christian memerhatikan dirinya dari ujung rambut sampai kaki. Terdengar seksi dan menakutkan di saat yang bersamaan. "Jangan ikat rambutmu lagi. Biarkan tergerai saja," Titah Christian. Pria itu membenarkan posisi duduknya lalu ia menepuk pahanya,"Kemari, sayang." "Uhm... Untuk apa? Aku tidak mau." Christian tersenyum miring,"Menghukum mu tentu saja. Kau melakukan banyak sekali kesalahan hari ini dan aku akan memberi hukuman untuk gadis nakal." Christian menarik pelan tangan Queenie lalu menuntunnya untuk duduk di atas pangkuan. Queenie tidak banyak menolak, dia duduk di atas paha Christian. Dengan malu dia menaruh kedua tangannya di depan d**a Christian dan pipinya sudah memerah. "Daddy benar-benar akan menghukum mu, little girl." Christian mengecup punggung tangan Queenie lalu dia mendekatkan bibirnya ke depan wajah Queenie lalu diciumnya lembut bibir merah gadis itu. "I-Ini di kampus, Daddy." "Kenapa? Tidak ada yang melarang ku." Queenie kembali merinding ketika merasakan telapak tangan Christian mendarat di atas kedua pahanya yang terbuka. Gadis itu menahan napasnya seiring dengan gerakan tangan Christian yang hampir menyentuh celana dalamnya. "Kau benar-benar tidak ingin melakukannya dengan ku, sayang?" Queenie menggeleng keras,"Ti-Tidak boleh." Christian tersenyum miring. Dia dengan cepat membalik tubuh gadis itu menjadi tertelungkup di atasnya. Wajah Queenie semakin memerah karena bokongnya terpampang jelas di depan Christian. "Ka-Kau mau apa?" "Memberi hukuman kecil untuk gadis nakal." Lagi-lagi ia merasakan telapak tangan Christian mendarat di atas pahanya. Queenie menoleh ke belakang untuk melihat apa yang dilakukan oleh Christian. "Daddy..." PLAK! Queenie berteriak kencang ketika merasakan kulit bokongnya panas. Dia dengan segera memberontak karena barusan Christian menampar bokongnya cukup kencang. "Apa yang Daddy lakukan?!" "Memberi hukuman." PLAK! PLAK! Queenie merintih karena tamparan di kulit bokongnya itu, sedangkan Christian tampak menikmati apa yang dia lakukan. Pria itu menatap b****g Queenie dengan penuh minat. Pria itu menyingkap ujung gaun yang dikenakan Queenie untuk melihat sesuatu yang lebih sempurna lagi. "Daddy, nanti ada yang-" "Sstt... Jangan menolak ku." Christian bersiap untuk menurunkan celana dalam Queenie, tapi terganggu karena suara ketukan di pintu. Queenie dengan cepat membenahi dirinya dan segera bangkit dari pangkuan Christian. Bisa jadi masalah baru jika dia ketahuan di sini. "Duduk di sini." Queenie mengangguk dan dia melihat Christian membuka pintu ruangannya. Gadis itu sedikit mengerutkan dahi karena melihat adanya orang asing yang tidak dia kenali. Orang itu memakai jas abu-abu dan sepertinya usianya sekitar 40 tahunan. "Kau sedang punya tamu, Christian?" Christian hanya mengangguk kecil lalu mempersilahkan tamunya untuk masuk. Pria bermata abu itu menatap Queenie dengan seksama. "Wajahmu seperti mirip seseorang." "A-Aku?" Queenie menunjuk dirinya sendiri dan seketika dia menjadi kikuk. "Dia Queenie Anderson. Kau ingat Stefan? Ini putrinya," Ucap Christian. Pria tadi menganggukkan kepalanya,"Pantas wajahnya seperti mirip seseorang. Ayahmu sangat terkenal di antara orang-orang seperti kami, Nona Anderson. Kau benar-benar beruntung." "Sudahlah, Mr. Drew. Dia tidak mengerti apapun," Kata Christian. Queenie merasa canggung dengan kehadiran orang lain di ruangan ini dan dia pun memutuskan untuk segera pergi. Untungnya Christian tidak menahan Queenie lebih lama, dia membiarkan gadis itu pergi. "Chris, kau tidak bermain-main dengan gadis polos itu, kan?" "Tidak. Kenapa aku harus bermain-main dengannya?" Tanya Christian. "Jangan sampai Daniil Petrov tahu kalau kau memiliki kekasih di sini, Chris. Apalagi gadis itu milik Anderson, jangan sampai kejadian tiga tahun lalu kembali terjadi. Kita tidak bisa menimbulkan peperangan," Ingatnya. Christian menganggukkan kepalanya karena dia mengerti maksud ucapan pria tua itu. Daniil Petrov memang menyimpan seribu kebencian dengannya dan juga keluarga Anderson. Jika pria itu mengetahui kalau Queenie telah menjadi bagian dari kelemahannya, dia pasti akan menargetkan Queenie seperti dia menargetkan kekasih Elliot Anderson, Emily Rose. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN