CHAPTER 18

1286 Kata
Tuk! Queenie mengedipkan matanya saat dia melihat tiga piring panekuk telah tersedia. Tampilannya sangat menarik dan sepertinya cukup lezat untuk dimakan. Hatinya kian ciut karena ternyata Christian jauh lebih pintar memasak daripada dirinya. "Uhm, terima kasih... Uhm..." "Jangan ragu, Nona Anderson. Kau bisa memanggilku Professor." Queenie mengangguk kaku. Sifat Christian tiba-tiba berubah begitu saja ketika mereka tengah berada dalam situasi yang seperti ini. Ya Tuhan, padahal Queenie sudah malu setengah mati, tapi tampaknya Christian menganggap itu sebagai sesuatu yang biasa saja. Queenie menelan potongan panekuk nya dengan sedikit kesulitan. Sedari tadi dia tidak bisa bersikap seperti biasanya karena dirinya berada di posisi yang membingungkan. Christian menatapnya dalam diam. Pria itu tahu kalau Queenie sedang malu padanya apalagi semalam dia memaksa gadis itu untuk melakukan Blowjob padanya. Queenie pasti sedang merasa malu dan risih. Tak lama kemudian, ketiganya pun selesai sarapan. Queenie dengan sigap mengambil piring kotor dan beberapa alat makan lainnya untuk ia cuci. Crystal telah berada di ruang tamu dan menonton sebuah kartun favoritnya di pagi itu, sedangkan Christian tampak sibuk memandangi Queenie dari belakang. Tanpa ragu kakinya melangkah tepat ke belakang gadis itu lalu dipeluknya tubuh Queenie cukup erat. "Queen, malam ini temani aku." "Ta-Tapi, Profesor... Aku-" "Sstt, jangan sering-sering menolak ku, Queenie sayang." Tangan Queenie menggenggam erat spons itu. Hatinya kian berdebar-debar karena rayuan si Profesor m***m, tapi tampan tersebut. Jika saja Papanya tahu kalau dia membiarkan Christian menyentuh dirinya, sudah bisa dipastikan namanya akan langsung dicoret dari Kartu Keluarga. "Aku takut, Profesor. Aku mohon jangan seperti ini," Queenie akhirnya memberanikan diri untuk lepas dari pelukan Christian. Dia tidak mau kelepasan lagi. Christian membalik tubuhnya dan dengan cepat dia mendudukkan Queenie di atas meja dapur. "Darimana kau mendapatkan mata secantik ini, Queen?" "Ma-Mama matanya biru, Profesor." Christian mengusap kelopak mata Queenie lalu beralih ke hidung mancungnya,"Lalu hidung ini?" Queenie menggeleng tidak pasti. Kedua orangtuanya memiliki hidung yang mancung, dia tidak tahu siapa yang mewariskannya. "Bibirmu juga sangat seksi." Queenie sedikit memundurkan wajahnya ketika Christian hendak mengecup bibirnya. Pria itu seperti sedang diselimuti kabut gairah yang sama seperti semalam, tapi kenapa pula dia tiba-tiba seperti ini? "Kau takut aku mencium mu?" Dengan polosnya dia mengangguk,"Sialan. Aku seperti sedang mencabuli gadis di bawah umur saja." Christian mengusap pipinya sebelum mendaratkan bibirnya ke pipi kiri Queenie setelah itu dia pun segera menjauh. "Anggap saja itu ciuman maaf dariku tentang semalam, Nona Anderson." Queenie terpaku dan merasa sedikit merona akibat kecupan lembut di pipinya tersebut. Dia tidak tahu perasaan seperti apa yang mampu menggambarkan rasa senangnya ini, tapi yang jelas Queenie sedikit merasa puas dengan apa yang baru saja ia dapatkan. ... Christian menghampiri sebuah meja yang berada di pinggir jendela. Di sana sudah duduk seorang pria yang beberapa waktu lalu ia temui itu. Masih pada pembahasan yang sama, perlahan Christian mendapatkan informasi mengenai rencana gila Klan mereka yang ingin menguasai pemerintahan Rusia. Sampai saat ini Christian masih belum memiliki gambaran apapun tentang siapa yang memimpin Red Tiger untuk saat ini dan apa tujuannya. "Belum ada informasi baru, Tuan Douglas. Kondisi mansion ibu Anda saat ini pun masih baik-baik saja." "Pria itu?" Tanya Christian. "Ayah tiri Anda juga tidak terlihat melakukan sesuatu yang aneh, Tuan Douglas." "Baiklah. Aku rasa tidak ada informasi penting yang kau bawa malam ini, bukan?" "Ada, Tuan. Saya mendapatkan kabar kalau belasan tahun lalu ayah tiri Anda sempat mengunjungi Seattle untuk melakukan pertemuan rahasia dengan seorang perempuan. Saat itu Ayah tiri Anda masih menjadi anggota kelompok lain sebelum akhirnya Klan kita merekrutnya menjadi bagian anggota karena dianggap sebagai informan yang membawa banyak kelemahan kelompok lain." "Oke, siapa perempuan itu dan urusannya?" Tanya Christian. "Yang saya dengar, perempuan itu bernama Sophia Jazmine. Tapi sayang, saya tidak mendapatkan informasi lain selain itu, Tuan." Christian mengetukkan jemarinya di atas meja dan menyimpulkan kalau besar kemungkinan perempuan bernama Sophia ini merupakan kekasih ayah tirinya yang hilang. Bisa jadi semua itu berhubungan. "Tidak perlu lama-lama. Kalau kau punya sesuatu untuk dikatakan, cepat hubungi aku. Urusan mengenai perempuan bernama Sophia ini biar akan menjadi urusan ku. Karena aku hendak menggunakan perempuan itu untuk menghancurkan pria sialan yang sudah membunuh ayahku." Pria di depannya lantas mengangguk sebelum dirinya pamit pergi. Christian pun akhirnya beranjak dari sana lalu kembali ke dalam mobilnya. Untuk saat ini dia sudah mendapatkan sebuah nama dan semoga saja dia bisa menemukan perempuan bernama Sophia Jazmine tersebut agar dirinya mampu mengalahkan pria sialan yang membunuh Mark Douglas. Christian sampai di apartemennya yang mewah. Setelah memarkirkan mobil, pria itu pergi menaiki lift untuk mencapai lantai apartemennya. Ia menekan beberapa angka di pintu apartemen lalu menekan tuasnya. Langkahnya membawa ia menuju ruang depan dan lagi-lagi Christian dibuat terharu oleh pemandangan di depannya. Tampak Queenie yang duduk di atas sofa untuk satu orang sambil mendekap erat Crystal yang tengah tertidur di atas dadanya. Gadis kecilnya itu tampak begitu pulas dan nyaman di dalam dekapan Queenie. Ia melangkah sangat pelan lalu dirinya pun berjongkok tepat di samping dua gadis berbeda usia itu. "Oh, Crystal... Daddy harus bagaimana untuk membuatmu terus seperti ini?" Desahnya. Mata birunya yang tajam lantas melirik Queenie yang juga tertidur pulas. Gadis itu terlihat seperti anak kecil saja ketika tertidur membuat Christian gemas ingin memiliki Queenie untuk dirinya sendiri. "Queenie... Kau benar-benar gadis yang menarik. Pesona mu berhasil mengikatku." Christian dengan perlahan menyelipkan kedua tangannya di bawah lutut dan leher Queenie sebelum menggendongnya seperti pengantin tanpa mengganggu tidur kedua gadis itu. Dia membawa Queenie dan Crystal ke dalam kamar miliknya lalu membaringkan keduanya di atas ranjang yang lebih besar. Christian mengulum senyum simpul. Dia mengusap kepala Queenie lalu tanpa ragu mencium bibirnya berulangkali sampai mata biru pudar Queenie menampakkan diri. "P-Profesor?" "Mengantuk?" Queenie menatap sekitarnya lalu menyadari kalau dirinya sedang berada di kamar Christian. "Anda baru pulang?" "Ya, aku pulang karena aku ingat dirimu," Jawab Christian dengan nada menggoda. Dia menaikkan dagu Queenie lalu kembali dilumatnya bibir kemerahan gadis itu sampai Queenie kewalahan menerima serangan tiba-tiba itu. "Uggh... Profesor," Queenie sedikit menolak ketika Christian hendak menciumnya lagi karena dia butuh untuk bernapas. Christian duduk di samping Queenie lalu menuntun gadis itu agar duduk di atas dirinya sambil berhadapan. "Kau suka dicium seperti itu?" Pipi Queenie merona padam, tapi tentu saja di dalam hatinya dia sangat senang karena dicium lembut dan mesra seperti tadi. Berbeda dengan kemarin ketika Christian seperti ingin merobek bibirnya. "Ingat, Queen. Bibirmu hanya milikku." Queenie tidak memberikan respon. Ia masih terhipnotis oleh wajah tampan Christian yang berada tepat di hadapannya. Tangan Christian bergerak nakal ke dalam pakaian yang dikenakan oleh Queenie. Ia ingin menyentuh sesuatu yang begitu menggoda pandangannya sedari tadi. Bagaimana bisa gadis seperti Queenie memiliki d**a yang sangat sempurna? "Emmh, P-Profesor..." Queenie memejamkan matanya begitu menikmati remasan lembut tangan Christian pada kedua payudaranya. Sentuhan itu menimbulkan erangan kecil dari bibirnya serta sebuah sengatan yang berasal dari bawah tubuhnya. Queenie baru pertama kali merasakan remasan seorang pria, berbeda dengan Mia yang sering bercinta dengan banyak lelaki. "Dadamu begitu lembut seperti kapas. Kau punya kulit yang bagus dan halus tanpa kecacatan sedikit pun. Sepertinya orangtuamu sangat pintar mencetak anak seperti mu, Queen. Kau sama sekali tidak memiliki kekurangan." Rona merah kembali memenuhi pipinya. Queenie tidak tahu apa yang terjadi padanya dan kenapa dia tidak menolak begitu saja dengan sentuhan Christian. Pria ini sangat ahli memanjakan perempuan dan Queenie mengakuinya. Christian berani bergerak lebih jauh. Dia mengangkat pakaian atas Queenie lalu membuka bra yang dikenakan gadis itu. Sungguh menyebalkan karena Queenie malah mengenakan bra nya malam ini. "Queen. Panggil aku dengan sebutan Daddy." Bibir Christian langsung mencecap ujung d**a Queenie yang mulai mengeras dan saat itu pula Queenie tidak dapat menahan desahannya lagi walau dirinya masih menahan suara memalukan itu sekuat yang dia bisa. "Emmhh, Da-Daddy!" "Yes, little girl?" Christian memejamkan matanya dan bibirnya terus menyusuri puncak d**a Queenie yang berwarna kemerah-merahan. Gadis itu benar-benar seksi dan menggoda di setiap sisi. "Rasanya... Aneh!" Queenie tanpa sadar mengalungkan tangannya di leher Christian dan matanya tetap memejam sempurna karena secara alami dia menikmati perlakuan Christian. Christian pun semakin menenggelamkan kepalanya di atas d**a Queenie. Oke, dia mulai kecanduan dengan gadis ini dan rasanya Christian seperti tidak ingin melepaskan Queenie begitu saja. Milikku. Gadis polos ini milikku. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN