Nayanika duduk dengan handuk melilit tubuhnya. Basah, kedinginan, tapi masih kuat. Matanya menatap kosong dan Meisya yang kini dikelilingi beberapa tamu lain, wajahnya pucat, panik. "Mei... kamu senggol dia? Serius?" ucap salah satu temannya yang sempat memperhatikan karena berada dekat dengan keduanya. Meisya terbata-bata. "Nggak. Aku... aku nggak sengaja..." Nayanika menoleh. Matanya menatap Meisya, tanpa dendam—hanya... kecewa. Mereka dulunya teman. Dia juga sudah cukup membantu dengan merelakan kesuciannya. Tapi begini kah dia diperlakukan? Seolah-olah dirinya tidaklah boleh memiliki kesempatan hidup yang lebih baik. Padahal, dia juga sudah menjadi bagian dari orang yang sudah merusak masa depannya. "Ayo, kita ganti baju kamu," ucap pria yang tadi menyelam untuk menolong Nayanika.