5. Bidadari dunia-akhirat

1464 Kata
Bagas’s POV Kuamati wajah Derra ketika terlelap. Begitu menyejukkan saat dipandang dan begitu cantik tanpa make up. Kusapu pipinya dengan jari-jariku, begitu lembut. Mata indahnya terpejam membuat bulu mata lentiknya terlihat semakin menarik. Kusapu bibirnya juga dengan gerakan yang sangat lembut. Bibir ini yang membuatku ketagihan untuk selalu mengecupnya, melumatnya seperti ice cream termanis yang tak pernah habis. Aku tersenyum teringat bagaimana kami melalui pergulatan kami semalam, begitu romantis, namun juga aneh dan membingungkan di saat yang bersamaan. Rasa-rasanya praktek langsung itu lebih susah dibanding sekedar membayangkan. Sebenarnya tidak begitu sulit memainkan insting, namun melihat Derra kesakitan, aku jadi tak tega. Dia berusaha menahannya dan meminta meneruskannya. Dan malam ini, Derra telah menjadi wanitaku seutuhnya. Selama ini dia menjaga utuh kehormatannya untuk diserahkan hanya kepadaku, suaminya. Benar-benar aku merasa beruntung karena dipastikan akulah lelaki pertama yang menjamahnya, mencium, memeluk dan mengambil miliknya yang paling berharga. Pandanganku menelisik ke bahunya, bagian atas dadanya, lehernya, banyak jejak merah yang aku tinggalkan di sana. Rasanya benar-benar luar biasa. Aku semakin mencintainya. Mata Derra mengerjap dan ia membukanya perlahan. Dia menatapku lalu tersenyum. selimut lembut masih membungkus tubuh polosnya. “Udah bangun mas? Sudah jam berapa?” Tanyanya sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “jam dua Der. Kalau masih ngantuk, kamu tidur lagi aja.” “Mas nggak tidur lagi?” Derra mengusap lembut pipiku. “Mas biasa sholat malam Der. Ini mas mau mandi air anget, terus mandi, sholat.” Aku tersenyum padanya. Derra menghela napas, “Derra juga pingin sholat malam, tapi mau mandi males banget mas. Baru jam segini.” Aku tertawa kecil, “resiko enak-enak semalem, sekarang mesti mandi awal biar bisa sholat.” Derra terlihat tersipu, mungkin teringat akan kemesraan kami semalam. “Nggak enak mas, sakit.” Ucapnya pelan. Aku tersenyum, “sakit pas awal doank Der. Ya udah mas mandi dulu ya.” Sebelum melangkah menuju kamar mandi, kukecup keningnya lembut, “makasih untuk semalam.” bisikku. Pagi ini aku akan berangkat ke sekolah. Rasanya percuma aku cuti, Derra juga tetap kerja. Aku akan cuti nanti, menyesuaikan jadwal Derra. Derra terlihat tengah menyisir rambutnya. “Mas, leherku ada merah-merahnya. Ini pasti hasil perbuatan mas semalam. Gimana bisa nutupinnya? Derra kan malu.” Derra menyibak rambutnya. Aku dekati dia. Aku bisa melihat jelas kiss mark itu. Apa kecupanku terlalu ganas semalam. Aku sampai tak memperhitungkan resikonya. Aku berusaha menata rambutnya untuk menutupi kiss mark itu. “Gimana ya.. Masih kelihatan. Apa kamu pakai hijab aja Der. Kalau pakai kerudung kiss marknya tertutup sempurna.” Derra membelalakan matanya, “pakai jilbab? Aku belum siap mas. Derra masih ada kontrak shampoo yang belum berakhir.” “Mas nggak maksain kok. Kalau memang belum siap, bisa latihan dulu, sesekali pakai untuk acara tertentu. Memang Derra mau menghadiri acara apa?” “Acara talk show tentang gaya hidup sehat. Derra kan sering posting masakan Derra yang sehat, tanpa MSG dan baik untuk program diet, makanya Derra diundang.” “Mas rasa nggak apa-apa kalau Derra nyoba pakai jilbab. Emang Derra mau di layar televisi, penonton fokus ama kiss mark di leher Derra? Emang nggak malu?” Aku tersenyum mengedipkan mata padanya. Derra menghembuskan napas perlahan lalu mengamati bayangannya yang memantul di cermin sekali lagi. “Bilang aja kalau Derra lagi belajar, belum full mengenakan hijab, tapi lagi belajar. Mas yakin akan banyak respon positif dari penggemar Derra.” “Iya deh Derra mau coba pakai jilbab. Derra berrganti baju dengan gamis panjang dan kerudung motif yang serasi dengan gamis polosnya. Sumpah, dia terlihat jauh lebih cantik mengenakan jilbab. Aku terkesima menatapnya. “Masya Allah istri mas cantik sekali.” Derra menatapku lembut, “Derra pantes nggak sih pakai jilbab?” “Pantes banget sayang. Kan emang udah jadi kewajiban muslimah untuk berjilbab.” “Iya Derra tahu, cuma Derra belum siap mas.” Aku tersenyum sekali lagi, “mas ngerti kok. Mas juga nggak akan maksa. Cuma sebagai imam, mas wajib untuk mengingatkan.” Kutangkup kedua pipi Derra, “dengar ya Der. Di akhirat nanti mas bakal dimintai pertanggungjawaban mas dalam membimbing istri dan anak-anak kita kelak. Makanya mas akan selalu mengingatkan. Tapi semua kembali ke diri Derra. Derra udah dewasa, udah bisa memilih mana yang baik, mana yang nggak.” Derra mengangguk, “ya mas, Derra sangat paham untuk soal ini. “Kamu tahu nggak Der, ada satu harapan terbesar mas tentang kita.” “Apa itu mas?” Derra memicingkan matanya. “Mas pingin kita dipertemukan lagi di surga. Mas pingin Derra nggak cuma jadi pendamping mas di dunia, tapi juga di akhirat. Kamu bidadari dunia dan akhiratku.” “Aamiin.” Kulihat setitik air mata menetes di pipinya. “Karena itu mas pingin kita sama-sama belajar jadi lebih baik, biar kita bisa ketemu lagi di surga.” “Ya mas. Kalau misal Derra baikin hati dulu baru setelah itu berjilbab gimana? Istilahnya menjilbabi hati dulu. Derra masih merasa belum baik, makanya kayaknya belum pantes pakai jilbab.” Aku tersenyum padanya, “emang Derra bisa menjamin kalau Derra merasa hati Derra udah baik sebelum Allah mengambil nyawa Derra? Namanya manusia sampai kapanpun bakal merasa kurang baik terus. Lagipula syarat mengenakan jilbab itu untuk wanita yang mengaku muslimah dan sudah baligh, bukan untuk wanita yang sudah merasa dirinya baik. Tidak ada perintah kewajiban menjilbabi hati, di Al-qur’an adanya kewajiban berjilbab dengan menutup aurat. Hati dan jilbab itu dua hal yang berbeda Derra. Wanita yang berjilbab bukan lantas dia orang yang sempurna akhlaknya, tapi dia juga dalam proses untuk belajar. Akan baik sekali jika kewajiban menutup aurat ini dipenuhi beriringan dengan perbaikan ikhlak. Bahkan bagi seorang yang berjilbab, jilbab bisa menjadi filter untuk dirinya agar terhindar dari perbuatan yang kurang baik. Misal gini, seseorang sedang berkumpul dengan teman-temannya, lantas mereka bergosip, terus orang tersebut menarik diri untuk nggak ikut bergosip, dia sadar benar kalau dirinya sudah berhijab, dia bilang ama dirinya sendiri, aku udah pakai jilbab kok masih ikutan ngegosip, mending aku fokus memperbaiki diri dibanding ngomongin kejelekan orang lain.” Derra menganggukan kepala. Aku harap dia bisa mencerna penjelasanku. “Makasih untuk siraman rohaninya mas. Doain Derra untuk secepatnya menjemput hidayah.” Kukecup keningnya lambut, “pasti Der.” ****** Pagi ini aku mengisi kelas ponakan Derra yang sekarang ini jadi ponakanku, Raynald. Hari ini olahraga sprint. Sebelaum memulai olahraga inti aku meminta murid-murid melakukan pemanasan seperti biasa, dengan meregangkan otot tangan dan kaki. Aku termasuk tipe guru yang dekat dengan murid-murid, karena aku termasuk guru muda di sini, jadi murid-murid pun merasa lebih nyaman untuk sekedar berbincang atau justru banyak yang curhat juga. Dan sedari tadi banyak sekali murid yang meledek. “Pak gimana rasanya malam pertama....” “Muka bapak berseri-seri nih. Beda mah kalau udah nikah.” “Ciyeee.. rambut bapak basah, abis keramas ya pak?” Aku cuma geleng-geleng. Murid jaman now mah gitu. Kalau membicarakan penikahan termasuk malam pertama, antusiasmenya begitu tinggi. Aku maklumi di usia mereka ini sedang penasaran-penasaranya tentang hubungan lawan jenis, lebih-lebih s**s, makanya malam pertama ini menjadi sesuatu yang sering dijadikan bahan ledekan. Karena itu remaja itu butuh bimbingan, pendampingan dan pengawasan agar rasa penasaran mereka akan s**s itu tidak menjerumuskan mereka pada perilaku s**s di luar nikah atau bahkan s**s bebas. Di jam istirahat, Derra mengirim pesan WA. Baru saja aku akan mengirim WA, eh keduluan dengan pesan dari Derra. Sayang, alhamdulillah respon dari pihak tv positif dengan hijab yang aku kenakan. Bahkan tadi Mimi dapet telpon dari salah satu brand kerudung terkenal, katanya ingin mengontrakku untuk menjadi brand ambassador. Aku senang membacanya. Aku balas pesan WA-nya. Alhamdulillah. Jangan takut kehilangan rizqi karena berjilbab Der. Allah sudah menjamin rizqi untuk kita, tinggal gimana kita usaha dan berdoa. Jika kita meninggalkan sesuatu karena Allah, maka yakin saja bahwa Allah akan menggantinya dengan kebaikan berkali lipat. Sesaat kemudian Derra membalas lagi, Ya mas. Rasanya nyaman juga mengenakan jilbab. Memang ini bukan pertama kali Derra memakai jilbab, tapi ini pertama kali Derra memakainya dalam waktu lumayan lama. Rasanya Derra pingin beli beberapa kerudung lagi dan pakaian muslim. Pelan-pelan Derra mau belajar.” Aku bersyukur sekali membaca isi pesannya. Ini bisa menjadi awal yang baik untuk Derra belajar. Aku yakin suatu saat nanti dia akan istiqomah. Tak apa jika sekarang dia belajar pelan-pelan. Yang terpenting dia menemukan kenyamanan saat mengenakannya. Alhamdulillah. Mas bakal dukung kamu selama kamu melakukan sesuatu yang positif. Mas seneng banget dengernya karena kamu mau belajar. Tak lama kemudian datang balasan darinya. Ya mas, Derra ingin masuk surga bareng-bareng mas Bagas. Derra pingin kita kumpul lagi di akhirat, makanya Derra ingin memperbaiki diri. Aku tersenyum membacanya. Alhamdulillah.. Allah adalah Maha pembolak-balik hati manusia. Jika seseorang sudah tersentuh hidayah dan memiliki niat yang baik, yakin saja bahwa Allah akan memudahkan jalannya. Setelah itu, perjuangan berikutnya adalah istiqomah di jalur kebaikan, ini yang jauh lebih sulit. Aku yakin Derra mampu belajar untuk istiqomah. ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN