Bab 49 Terpojok

1111 Kata

Melati berdiri di depan cermin panjang, menatap bayangannya sendiri. Bibirnya kering, dan senyumnya tak lagi tumbuh sempurna. “Tenang… mungkin dia hanya sibuk…” gumamnya pelan, mencoba menenangkan diri. Meski begitu, hati dan pikirannya menolak bekerja sama. Melati tahu kalau Vano tidak pernah mematikan ponsel, kecuali… Ia menghapus pesan terakhir, menulis ulang dengan nada manja: Sayang, kabari aku ya. Aku rindu. Dikirim. Masih centang satu. Melati meletakkan ponsel dan berjalan ke ruang makan. Dapur sudah sepi, pelayan sudah pulang lebih awal—atas izin Andini sendiri. Semua seolah diatur. Semua seolah menjauh. Semua seolah... tahu sesuatu yang tidak ia tahu. Ia membuka kulkas, memeriksa botol kecil yang ia sembunyikan dalam bungkus saus sambal. Masih aman. Tapi arsenik itu ti

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN