Liana terlonjak kaget melihat kemarahan Brata untuk pertama kalinya, apalagi pria itu pun mengebrak meja yang biasa digunakan Fira bekerja. Bagi Arya sendiri sih sudah tidak heran, karena dalam bekerja pun Brata suka temperamen tapi tidak dalam masalah pribadinya selama ini. Dan baru kali ini melihat kembali temperamental bosnya hanya karena seorang wanita. “Kenapa Pak Brata bisa semarah itu? Bukankah hak setiap karyawan untuk berhenti kerja. Lagi pula Pak Brata baru kenal dengan mbak Fira, tapi kok marahnya kayak seperti orang yang mengenal mbak Fira?” batin Liana jadi bertanya-tanya sendiri. Pertanyaan yang ada di benak Liana hanya menjadi teka teki saja, karena pasti tidak ada yang bisa memberikan jawaban. “Nanti kamu telepon Fira, besok suruh datang ke kantor! Harus datang!” perintah