POV Rheinatta "Mbak Rheina, mau tambah apa lagi?” Pertanyaan Mbak Mar yang berdiri tak jauh dariku terdengar. “Ini saja cukup, Mbak. Aduh aromanya sungguh menggoda. Ketebalannya sudah menyaingi yang made in rumah makan Padang. Terima kasih ya, Mbak,” pujiku tulus. “Sama-sama, Mbak Rheina.” Aku baru akan menyantap sajian telur dadar yang disiapkan oleh Mbak Mar, Anak sulungnya Mbok Surti yang juga tinggal di rumah kami dan dibiayai sekolahnya oleh Papa, ketika Papa berkata, “Rheina, coba lihat siapa yang datang.” Aku tak segera menoleh ke belakang, semata demi menjaga agar Orang-orang tersayang di sekitarku ini merasa bahwa kejutan mereka sungguh berhasil. Ya, mereka sudah sangat berusaha kok. Buktinya, piring yang ada di meja makan saja sengaja hanya disediakan tiga supaya aku tidak