“Mil, kamu punya nomor baru dokternya Kala sama Kalea itu?” tanya Jani di suatu sore kepada Milda yang sedang asyik menikmati sepotong brownies buatannya. Milda terbatuk pelan. Dengan cepat perempuan itu meraih segelas air di atar meja dan menenggaknya. “Uh—nggak.” Milda langsung menjawab begitu batuknya reda. Tadinya, Milda ingin pura-pura bodoh saja. Tetapi melihat ekspresi Jani, perempuan itu akhirnya penasaran juga. “Kenapa emang, Jan?” tanyanya. “Oh ini, aku mau nanya soal jadwal check up Kala dan Kalea. Sejak terakhir kamu yang bawa Kala itu, aku belum ke rumah sakit lagi dan ketemu sama dokter barunya. Tapi nanti aku ke sana aja deh, sekalian aku kan belum kenalan sama dokter barunya Kala dan Kalea. Siapa kemarin namanya? Dokter Revin, ya?” Ada suatu perasaan mengganjal