Juna “IVI?” Aku menghentikan kunyahanku begitu mendengar nama Ivi disebut. Begitu menoleh, tampaklah wajah Ivi yang meringis kemudian menyapaku. “Hai kembaran!” Ivi duduk tepat di depanku dan langsung menyomot makanan yang tersaji di atas meja tanpa permisi. “Kok bisa di Indo Vi? Katanya nggak bisa pulang kalau tesis belum selesai?” Abil langsung kembali duduk di sampingku setelah menutup pintu dan bergabung di meja makan. “Rivan kecelakaan. Papa nyuruh gue pulang.” Ivi menjawab dengan mulut penuh makanan. “Kecelakaan? Kapan Vi?” Aku dan Abil saat ini sudah saling menatap, kaget. “Kemarin lusa.” “Kok Om Danu nggak ngabarin aku ya, Vi?” Ivi menggeleng. “Papa nggak bilang mau siapa-siapa dulu. Tapi kayaknya Tante Una udah tahu.” Oh iya, kalia