Abil Aku menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Terus seperti itu kuulangi sampai berulang kali. Jantungku masih terasa tidak karuan sejak mendengar para saksi menjawab ‘sah’. Memang, aku sudah menikah siri sembilan hari yang lalu. Akan tetapi, entah kenapa akad kali ini terasa lebih mengena. Mungkin karena saksinya lebih banyak dan terasa lebih nyata. Akhirnya, aku dan Pak Juna resmi menikah baik secara agama maupun negara. Aku mengucap syukur berkali-kali akan hal ini. “Bil! You know what?” Suara cempreng Ivi tiba-tiba terdengar memenuhi kamar yang digunakan untuk make up. “Berisik banget ada apa?” “Gue harus berangkat besok pagi, coba? Mana pesawat yang tersisa cuma jam empat. Gimana, dong?” Ivi menghampiriku, lalu duduk tepat di sebelahku. “Seriusan? Empat pagi? K