"Setuju." Bukan Arsen yang bicara, kali itu Rinai dengan berani berkata, "Bener kata Bapak, kami nggak boleh bersama, toh Nay juga nggak mau nikah sama Om Arsen, dan--" "Jangan gila." Arsen mendesis. "Kalo kamu hamil, gimana?" Mata Pak Bataralah yang membola. Ha-hamil? Sedang mulut Rinai ternganga. "Ayah juga liat sendiri, kan, tadi gimana Arsen sama Rinai--" "Om!" Disela cepat, Rinai mendelik. "Kita nggak sampe sejauh itu, ya. Jangan asal kalau ngomong." "Tapi nyatanya--" "Nggak! Aku nggak pernah ngapa-ngapain sama Om dan--" "Peluk, cium, tid--hmph!" Rinai bekap mulut serampangan laki-laki dewasa di sebelahnya. Menatap tajam. Sementara di depan mereka, Batara Dhanandjaya syok dengan rangkaian kesimpulan yang dia buat sendiri setelah mendengar apa hal yang Arsen katakan. Walau be