88. Break

1481 Kata

"Setuju." Bukan Arsen yang bicara, kali itu Rinai dengan berani berkata, "Bener kata Bapak, kami nggak boleh bersama, toh Nay juga nggak mau nikah sama Om Arsen, dan--" "Jangan gila." Arsen mendesis. "Kalo kamu hamil, gimana?" Mata Pak Bataralah yang membola. Ha-hamil? Sedang mulut Rinai ternganga. "Ayah juga liat sendiri, kan, tadi gimana Arsen sama Rinai--" "Om!" Disela cepat, Rinai mendelik. "Kita nggak sampe sejauh itu, ya. Jangan asal kalau ngomong." "Tapi nyatanya--" "Nggak! Aku nggak pernah ngapa-ngapain sama Om dan--" "Peluk, cium, tid--hmph!" Rinai bekap mulut serampangan laki-laki dewasa di sebelahnya. Menatap tajam. Sementara di depan mereka, Batara Dhanandjaya syok dengan rangkaian kesimpulan yang dia buat sendiri setelah mendengar apa hal yang Arsen katakan. Walau be

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN