part 11

1210 Kata
"Arsen, aku tidak bisa menjawab saat ini, aku tidak tau apa aku harus menolak atau malah sebaliknya, apa kamu bisa menunggu jawabanku besok?, besok kita ketemu lagi, lagian besok kan juga weekend, ada waktu banyak kan kamu, kamu tidak sibuk ke kantor," tanya Luna hati-hati karena merasa tidak enak "Its ok, tidak masalah, sekalipun besok aku sibuk, aku pastikan waktuku akan sepenuhnya aku berikan untuk kamu," jawab Arsen semangat. Setelah sekian lamanya Luna dan Arsen ada di restoran itu, Arsen memutuskan untuk kembali mengantar Luna ke hotel. Tepat pada saat Arsen mengungkapkan perasaan nya pada Luna, Hira dan Byan tengah beradu mulut lewat telepon, pasalnya Byan yang biasa mengantar dan menjemput Hira, saat ini tiba-tiba mengatakan jika dirinya tidak bisa menjemput nya, dengan dalih karena urusan pekerjaan, Hira yang memang tidak mudah percaya, langsung membantah keras alasan Byan, karena Byan saat pertama kali memutuskan untuk mengantar dan menjemputnya, Byan berjanji akan mengedepankan urusan dirinya daripada yang lain, sekalipun itu urusan pekerjaan sekaligus, jadi Hira tetap dengan keras kepalanya minta jemput dan tidak mau tau masalah pekerjaan Byan. Byan yang memang kesabaran nya tidak setebal orang lain, dengan refleks nya membentak Hira, hingga membuat Hira menangis, alhasil mereka saling menyalahkan hingga tiada akhirnya. Jam makan malam, Bara meminta izin pada Agam untuk menemui adik ketemu besarnya, tapi Agam melarangnya dengan dalih Luna masih sibuk melayani para tamu, dengan keras kepalanya, Bara langsung pergi begitu saja meski tidak mendapat izin dari atasannya. Bara langsung pergi karena Bara mendapat pesan dari Luna, jika Luna ingin bicara penting dengannya, jadi Bara tidak mempedulikan kata atasannya yang mengatakan kalau Luna tengah sibuk. Bara sampai di tempat biasanya Luna istirahat. "Luna kemana?" Tanya Bara datar pada rekan kerja Luna "Luna masih melayani… "Gantikan pekerjaan dia, katakan aku menunggu di kamar nya," ujar Bara datar, lalu pergi menuju kamar yang sejak kemarin ditempati Luna. Sedangkan orang yang mendapat perintah dari orang kepercayaan bos besarnya, langsung segera menggantikan pekerjaan Luna. Luna pun menuju kamarnya untuk menemui Bara yang sedang menunggunya "Kak!" Panggil Luna saat mendapati Bara tengah membaringkan tubuhnya di sofa, bisa Luna lihat, Bara begitu kelelahan. Bara bangun dari tidurnya dan menatap Luna "Kakak udah makan malam?" Tanya Luna yang langsung dijawab gelengan dari Bara "Ayo Kak makan dulu, Luna juga belum makan," ajak Luna yang langsung menyiapkan makanan yang Luna bawa dari luar tadi. Mereka pun makan bersama tanpa ada yang bicara, Luna maupun Bara sama-sama merasa lelah karena pekerjaan "Mau cerita apa, katanya penting?" Tanya Bara setelah mengelap mulutnya dengan bersih "Kakak tau kan, aku dekat sama Arsen, dan Kakak juga tau kan kalo aku masih belum move on 100% dari mantanku?" Tanya Luna terlebih dahulu sebelum mengatakan pada intinya "Hem kakak tau itu semua, kenapa?" Tanya Bara "Tadi siang Arsen menyatakan cintanya pada Luna Kak, Luna bingung bagaimana menjawabnya," ujar Luna dengan wajah cemberutnya. Dengan refleks nya tangan Bara mengacak rambut Luna karena gemas "Jadi kamu minta saran dari kakak?" Tanya Bara. Luna mengangguk lemah dengan mimik wajah yang masih saja cemberut "Perasaan kamu sama Arsen bagaimana?, Nyaman nggak?" Tanya Bara. Dengan ragu-ragu Luna mengangguk "Tapi aku ragu Kak buat nerima Arsen, aku takut nanti menyakiti hati Arsen karena aku masih belum 100% move on dari Byan," ujar Luna serius "Jadi kamu sudah merasa nyaman sama Arsen. Saran kakak sih, kamu boleh saja menerima Arsen, kenapa? Karena kalo untuk alasan kamu karena belum move on dari Byan, kamu bisa melupakan dia karena kehadiran orang baru, bahkan kamu juga akan mencintai Arsen dengan perlahan setelah kamu benar-benar sudah move on dari Byan, jadi nanti kamu akan mendapat kebahagiaan double, pertama kamu bisa melupakan Byan sepenuhnya, kedua kamu bisa mencintai Arsen setelahnya." Ujar Bara yang langsung membuat Luna mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Bagaimana?, masuk nggak saran kakak?" Tanya Bara lembut. Luna langsung menerbitkan senyuman nya setelah mendengar semua saran dari kakak yang baru saja Luna temukan. "Iya Kak, makasih ya Kak," ujar Luna sambil memeluk Bara dengan sayang "Kakak harap,setelah ini kamu bisa bahagia dengan orang yang tepat," ujar Bara tulus "Kakak antar pulang ya, kamu pulang lebih tidak masalah," ujar Bara yang langsung di sambut gelengan oleh Luna "Kenapa?" Tanya Bara sambil mengernyitkan dahinya "Belum jamnya Kak, masih kurang dua jam lagi, Kakak pulang duluan aja," ujar Luna menolak untuk pulang lebih awal "Tidak apa-apa, aku sudah bilang sama bos," ucap Bara yang mengerti maksud Luna karena belum waktunya pulang "Tapi Kak Bara lelah," ujar Luna "Tidak apa-apa, ayo," ajak Bara sambil menarik tangan Luna "Bentar Kak, aku ganti baju dulu," ujar Luna sambil membawa tasnya menuju ruang ganti, baru setelah itu menyusul Bara keluar dengan pakaian yang sudah berubah "Kamu tunggu di mobil ya, aku mau ke kamar pribadi tuan Agam dulu sebelum pergi," ujar Bara setelah Luna keluar dari lift. Bara kembali menekan tombol untuk menuju kamar pribadi tuannya setelah melihat Luna mengangguk, Luna langsung melangkah menuju mobil Bara, dan menunggu Bara di mobil sesuai yang dikatakan Bara tadi. "Nungguin siapa Lun?" Tanya Raka saat melihat Luna hanya berdiri dengan pakaian yang sudah berganti pakaian santai "Oh, ini, nungguin pak Bara, tadi pak Bara minta di anterin karena kurang enak badan," jawab Luna dengan memutar balikkan fakta, padahal yang sebenarnya Bara yang akan mengantar nya, Luna terpaksa berbohong pada Raka karena masih belum siap mengetahui yang sebenarnya, jika dirinya dan Bara memiliki status baru sebagai kakak adik "Oh gitu, oh iya, tadi Arsen nanyain kamu, katanya satu jam lagi mau jemput kamu, mau telepon kamu langsung, katanya nggak bisa," ujar Raka memberitahu Luna. Luna langsung mengecek ponselnya, dan ternyata ponsel Luna mati karena kehabisan baterai, pantas saja Arsen tidak bisa menghubungi nya langsung "Ka, boleh minta tolong nggak, kasih tau sama Arsen, tidak perlu menjemput ku karena aku sudah pulang, ponselku kehabisan daya, aku tidak bisa menghubunginya," ujar Luna yang di balas anggukan oleh Raka. Raka kembali masuk sambil menghubungi nomor Arsen, untuk menyampaikan pesan dari Luna. Tak lama kepergian Raka, Bara datang dengan wajah yang sudah ditekuk, membuat Luna yang melihatnya mengernyitkan dahinya heran "Kenapa Kak?" Tanya Luna penasaran "Tidak apa-apa, kakak hanya sedih karena besok kakak diberi tugas untuk mengurus pekerjaan di kota X, pasti kakak akan kangen sama kamu," ujar Bara dengan raut kesedihan tanpa dibuat-buat. Luna yang mendengar penuturan Bara langsung memeluk Bara dengan sayang "Berapa hari Kak?," tanya Luna tanpa melepaskan pelukannya "Mungkin tiga hari, semoga saja bisa lebih cepat dari tiga hari, kakak khawatir dengan keadaanmu kalo jauh dari pantauan kakak," jawab Bara "Ayo pulang, kakak harus segera mempersiapkan keberangkatan kakak besok pagi," ajak Bara yang langsung di angguki Luna. Mereka pun langsung pulang. Sepanjang jalan, senyum Luna tidak pernah luntur, Luna begitu sangat bahagia karena menemukan sosok yang tepat untuk menumpahkan segala kesedihannya, yaitu pada Bara. Tidak butuh waktu lama, mobil yang membawa Bara dan Luna pun sampai di depan rumah Siska. "Jaga diri baik-baik ya Kak, segera kabari aku kalau sudah sampai," ujar Luna setelah keluar dari mobil Bara. Bara mengangguk kecil dengan senyum tipisnya. Luna kembali memeluk Bara dengan erat sambil menangis. "Akan kakak kabari, sana masuk," ujar Bara yang dipatuhi oleh Luna. Baru baru pergi dari rumah Siska setelah melihat Luna masuk ke dalam rumahnya. "Laki-laki mana lagi yang menjadi mangsamu Lun?" Tanya Byan sambil menatap jijik ke arah Luna, membuat Luna langsung kaget, mendapat pertanyaan menyakitkan itu dari mantan kekasihnya. Degh "Byan!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN