part 3

1012 Kata
"Aaa!!!" Teriak Aluna kencang. Siska yang pagi-pagi sudah mendengar teriakan Aluna, dengan paniknya langsung berlari menuju kamar Aluna "Apa yang terjadi Luna?," tanya Siska setelah sampai di kamar Aluna "Mamah," lirih Luna sambil berlari dan membuka pintu kamarnya dengan cepat "Mama, mama Luna terharu," ucap Aluna sambil menangis dengan memeluk Siska "Apa sih Lun, jangan lebay deh," ujar Siska dengan memaksa melepaskan pelukan Aluna "Maaf Mah," ujar Aluna dengan sedih sambil mengusap air matanya "Ada apa?," tanya Siska yang masih penasaran sebenarnya apa yang terjadi, hingga sampai membuatnya jadi heboh pagi-pagi "Luna cuma mau bilang, kalo Luna diterima kerja di perusahan AA GRUP Mah," beritahu Aluna dengan wajah yang tak lagi menampakkan wajah bahagianya "Benarkah?," tanya Siska dengan wajah binarnya "Iya Mah," jawab Aluna yang juga tersenyum melihat wajah mamanya terlihat senang "Baguslah, sekarang cepat bersiap, jangan sampai terlambat lagi," ujar Siska lalu meninggalkan Aluna. Aluna mulai bersiap untuk interview ke kantor paling besar di kota nya, bisa dikatakan kantor nomor satu yang ada di kota A. Setelah Aluna siap, Aluna mencoba menghubungi Byan yang sejak tadi tidak bisa dihubungi, Aluna ingin Byan untuk menjemputnya agar tidak terlambat di hari pertamanya datang ke kantor. "Loh Byan," kaget Aluna saat mendapati Byan sedang duduk di depan rumahnya "Eh, Luna, Hira udah berangkat?," tanya Byan yang langsung membuat Aluna tersedak air liurnya sendiri "Hira?!," beo Aluna yang langsung ditanggapi dengan anggukan santai dari Byan "Byan, kamu tidak salah nanyain adik aku?, pacar kamu itu aku bukan Hira ," ujar Aluna sambil menekan dadanya yang mulai terasa nyeri "Iya, aku tau pacar aku kamu, tapi yang mau aku anterin kan Hira, kamu masih belum mendapatkan pekerjaan kan, bukannya sudah biasa selama kamu nganggur aku bantuin kamu untuk mengantar Hira ke sekolah," ujar Byan yang membuat setetes air mata Aluna langsung lolos begitu saja, Aluna melihat ke sembarang arah sambil berkata "Baiklah, sekarang sudah cukup kamu melakukan tugas itu, sudah cukup kamu membantuku mengantar adikku ke sekolah, sekarang aku sudah mulai bekerja, jadi bisa anterin aku ke kantor sekarang, aku harus melakukan interview, dan aku tidak mau di hati pertamaku ke… "Kak Byan, maaf ya lama," ujar Hira dengan memotong ucapan Aluna "Iya tidak apa-apa," jawab Byan singkat "Kakak mau kemana?," tanya Hira saat melihat penampilan kakaknya sudah rapi "Kakak mau kerja," jawab Aluna datar sambil menghindari tatapan Hira "Yah, berarti aku berangkat sendirian dong ke sekolah," ujar Hira dengan wajah murungnya "Kata siapa berangkat sendirian, kamu masih tetap di antar sama Nak Byan kok seperti biasanya, ya kan Lun?!," ujar Siska sambil melangkah mendekati ke arah dua putrinya, Siska dengan santainya mengatakan pada Hira, jika Hira akan tetap berangkat diantar Byan, dengan melempar pertanyaan meminta persetujuan dari Aluna. Aluna hanya mengangguk dengan perasaan yang kecewa, apalagi Byan hanya diam saja. Aluna memandangi kepergian sang adik dengan sang kekasih dengan hati yang hancur, Aluna tidak mengerti, kenapa Byan hanya diam saja dan tidak merasa iba pada dirinya, Aluna merasa sikap Byan aneh karena tidak merasa bersalah pada dirinya. "Lihat tuh adik kamu, dia mulai bisa melupakan Hendra dengan kehadiran Byan di setiap harinya, kamu masih tega meminta Byan mengantarmu dan membuat mood adik kamu buruk," seketika Aluna tersadar dari lamunannya saat mendengar ucapan Siska. Aluna memilih langsung berangkat ke kantor setelah berpamitan pada Siska. Aluna mengirim pesan pada Byan meminta untuk secepatnya bertemu, Aluna butuh penjelasan dari Byan, Aluna tidak tenang menjalani hubungan yang tidak seperti pada biasanya. Tepat pada jam 06:40, Aluna sampai di gedung yang bertulis AA GRUP, Aluna menghirup udara segar di pagi hari, sebelum melangkah masuk dan mendekati ruang HRD. Saat Aluna ingin mengetuk pintu, ada seorang pria yang menghampiri Aluna, hingga Aluna kembali menurunkan tangannya yang akan hendak mengetuk pintu "Nona Aluna ya?," tanya pria itu "Iya Mas, benar." Jawab Aluna dengan ramahnya "Nona langsung saja ke belakang untuk ganti pakaian kerja, tadi ketua HRD berpesan pada saya, agar Nona Aluna langsung bekerja seperti yang lainnya," ujar pria itu memberi tahu Aluna "Tapi saya belum interview Mas," ujar Aluna lagi yang merasa heran "Saya juga tidak mengerti Nona, saya hanya mengikuti apa yang Bos perintahkan," ujar pria yang langsung mengarahkan tangannya untuk meminta agar Aluna mengikuti nya. Aluna tidak menghiraukan perasaan herannya, bagi Aluna yang terpenting bisa kerja. Ternyata Aluna diterima sebagai staf hotel, Aluna sangat bersyukur, akhirnya bisa lepas dari status pengangguran. Aluna mulai melakukan pekerjaan dan bergabung dengan rekannya yang lain. Hampir satu bulan lebih Aluna bekerja sebagai staf hotel, Aluna sangat menikmati pekerjaan barunya. Malam ini, Aluna pulang terlambat, biasanya Aluna jam 10 sudah ada di rumah, tapi malam ini, jam 11 malam, Aluna baru saja sampai dirumah, entah kenapa, semakin hari, pekerjaan Luna semakin di tambah oleh atasannya, dan semakin pulang larut. Luna tidak keberatan seberapa berat pekerjaan yang di berikan atasannya, yang penting bagi Luna, kerja dan di bayar, itu saja. mengingat saat dirinya pengangguran kemarin, Luna jadi trauma di pecat lagi, karena jaman sekarang, seberapa susahnya mencari pekerjaan, yang gajinya sesuai dengan keinginan kita, tinggi. Luna juga tidak membuat mama nya kecewa karena tidak bekerja, semenjak Luna tidak bekerja, sikap Siska semakin membuat hati Luna sakit, keberadaan Luna dirumah benar-benar tidak di anggap oleh Siska. makan malam yang selalu Hira yang di panggil, dan ditawari mau makan apa, setiap pagi juga Hira slalu di suruh sarapan sebelum beraktivitas, bedahalnya dengan Luna, yang di biarkan begitu saja, mau makan atau tidak, Siska tidak perduli pada Luna, Siska juga pernah bilang pada Hira, saat Hira menanyakan, kenapa kakaknya tidak di panggil dan ikut bergabung dengannya makan, Siska mengatakan, jika Luna lapar pasti akan ke dapur sendiri untuk makan, tidak perlu di panggil seperti Hira. padahal diruang itu, Luna yang menjadi tulang punggung, Luna yang berjuang mencari uang untuk biaya hidup mereka, tapi, Meraka seakan-akan lupa dari mana makanan itu berasal. Namun, meski begitu, Luna tetap sabar, makanya untuk saat ini, Luna harus berusaha mempertahankan pekerjaan, apapun akan Luna korbankan demi tetap mempertahankan pekerjaannya, agar bisa mengambil hati sang mama dengan perlahan-lahan. Luna sampai di rumah dan bersiap masuk Ceklek degh "Apa-apaan ini?," tanya Aluna saat melihat Hira tidur di paha Byan, kekasih Aluna yang masih Aluna cintai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN