Aku menepuk keningku, menyadari aku lupa membawa tas berisi ponsel. Pikiranku langsung dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Siapa nenek-nenek itu yang bersama Ibu Sofia? Apa maksud mereka mengajak kerja sama dengan gadis itu? Siapa yang mereka maksud? Aku segera membalikkan badan, memutuskan untuk kembali ke Pak Kaiden. Aku tidak ingin mereka tahu, aku sudah mendengar rahasia besar mereka. Aku berjalan di lorong rumah yang luas dan memiliki banyak ruangan, takut tersesat lagi. "Rania," panggil Pak Kaiden, membuatku menarik napas lega. "Pak, aku tidak tahu di mana toiletnya. Aku tersesat di rumah ini," kataku sudah frustrasi, sambil menyilangkan kaki untuk menahan agar tidak mengompol. Pak Kaiden tersenyum lebar. "Aku pikir kamu sudah ketemu toiletnya," katanya. Aku menggeleng cepat, k