Casia menerima buket bunga mawar merah dari Nevan. Ada rasa senang menelisik karena menerima buket tersebut. Tapi ada juga rasa curiga yang mencuat ke permukaan, dengan tingkah Nevan yang tidak biasanya. "Untuk apa kamu memberiku buket bunga?" Casia mengulang pertanyaan karena belum adanya respons dari Nevan. Jujur, Nevan diam bukan berarti menghindar dari pertanyaan Casia. Tapi Dia sedang menata mentalnya, mempersiapkan dirinya untuk ini. Jika saja Casia tahu, saat ini jantungnya menghentak cepat, pasti dia tak akan bertanya begitu padanya. "Kakak, aku tahu mungkin kamu tidak menganggapnya serius. Tapi, aku bersungguh-sungguh untuk ini. Isi hatiku tertulis pada catatan pada buket bunga tersebut." Nevan tak kuasa bicara lagi, lidahnya terasa kelu. Karena itu ia meminta Casia membaca

