Fauzan masih bersama Ziya. Mungkin Ziya masih kangen dengan ayahnya, dia tidak mau jauh dari ayahnya, dan seperti tidak memperbolehkan ayahnya untuk pulang. Padahal sudah dari tadi Ziya main hanya dengan ayahnya saja, hingga menjelang petang, Ziya masih belum mau lepas dari Fauzan. “Ayah pulang, ya?” Ziya menggeleng dengan keras saat mendengar ayahnya pamit pulang. Ia langsung menarik tangan ayahnya dan suruh mendekati dirinya lagi. “Itu sudah mau gelap, besok ayah ke sini lagi,” ucap Fauzan. Ziya masih saja menggelengkan kepalanya, lalu kepalanya mendongak menatap ayahnya, seperti tidak ingin melepaskan ayahnya pulang. “Nanti besok ayah kan ke sini lagi, Ziya?” ucap Arini. “Ziya sama eyang dulu, ya?” imbuhnya. “Aku mau ke rumah Fahri juga, Bu. Ummik pengin ketemu Fauzan, gak tahu F