Fauzan mengantar Tania pulang, ia tidak mau membiarkan Tania pulang sendiri mengendarai mobilnya dalam keadaan seperti itu. Fauzan mengerti apa yang sedang Tania rasakan saat ini. Sama seperti dirinya juga, yang sedang mengalami duka di dalam hatinya. Duka karena orang yang sangat dicintainya akan merajut hidup baru dengan pasangan yang dipilihnya. Tania masih terdiam, dan sesekali Fauzan melihat air mata Tania mengalir di pipinya. Tania membiarkan air matanya jatuh bercucuran di pipinya. Ia ingin menguras semua kesedihannya yang ia pendam sendiri. Selama ini semua orang melihat dirinya bisa tersenyum dan baik-baik saja, namun hidupnya hancur, hatinya nyaris tak berbentuk lagi. “Tidak kamu saja yang merasakan sakit, Tania. Aku pun sama, kalau aku tidak pandai menguatkan diriku, mungkin a