Agisa menjerit tatkala Yudistira mencapai puncak kenikmatan dari dirinya. Pria itu dengan sangat tidak berperasaan berhasil merenggut kesuciannya. Air matanya menetes dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia membenci pria itu dan bersumpah akan meminta kakaknya untuk membalasnya lebih kejam. “Tubuhmu sangat menggoda, Gis. Kamu cantik dan juga sangat seksi,” puji pria itu seraya mengusap kaki jenjang Agisa hingga ke bagian paha dalamnya. Agisa tidak mempedulikan ucapan Yudistira yang memuja tubuhnya, ditambah dia juga tidak sudi untuk menatap pria itu. Dia bahkan merasa sangat jijik saat ini pada dirinya sendiri. Yudistira melirik pada bercak darah di atas sprei yang dia yakini adalah milik gadis itu. “Aku bersedia untuk bertanggung jawab bila saja kamu hamil benihku, Gis,” k