Setelah makan malam Aruna dan Safir kembali ke dalam kamarnya untuk saling memijat karena punggung mereka seperti mau putus. Cila juga sudah bangun dan sibuk bermain di bawah pengawasan mereka. Beberapa kali Aruna berteriak kesakitan saat tangan besar Safir mulai memijat pundaknya dan juga area punggungnya yang nyeri. "Mas! kamu mau mijit atau msu siksa aku sih!" "Pijat tuh ya gini kerasa sampai dalam jadi badan kamu nanti rasanya enteng." "Enteng gimana, ini rasanya sakit semua! kamu terlalu kenceng pijatnya." Safir mengembuskan nafas lelah dan menghentikan gerakannya. "Terus kamu maunya gimana sayangkuu?" "Yang pelan terus enak." "Mau yang pelan, lembut, enak?" Aruna mengangguk cepat karena dari tadi tubuhnya sudah cukup tersiksa oleh pijatan Safir yang menyakitkan.