"Love, aku tidak bisa merapikan dasiku. Maksudku, aku sudah mencoba merapikannya tapi hasilnya tetap berantakan." Aeden mendekat ke arah Lova. Tangannya masih mencoba memegang dasi. Ini hanya bagian dari alasannya saja. Ia menggunakan dasinya agar Lova tak mengabaikannya. Tidak, sebenarnya Lova tak sepenuhnya mengabaikan Aeden. Ia masih menyiapkan pakaian kerja Aeden. Hanya saja ia memang masih tak seperti sebelumnya. Ia tak banyak bicara. Lova tidak bisa bicara meski dia ingin bicara. Dilemanya masih memenuhi otak meski ia telah menentukan pilihan. Pertanyaan 'Kenapa harus Aeden?' Terus saja berputar di otaknya. Pertanyaan yang berhasil menbuatnya bungkam namun tak berhasil membuatnya pergi. Lova mendekati Aeden, kedua tangannya meraih dasi Aeden dan merapikannya. Namun Lova masih tak