Awal baik, mungkin.

471 Kata

Jam menunjukkan pukul tiga pagi ketika Akbir membuka matanya. Semalaman suntuk Akbir menahan hasratnya yang bergejolak. Bagaimanapun juga, ia masih laki-laki normal. Tingkah polah Veve saat tidur yang tak bisa diam, membuat Akbir makin tersiksa. Akbir hanya bisa menghela nafas berkali-kali sambil mengelus dadanya. Semoga ia tidak khilaf, hingga menerjang Veve yang masih polos itu. Veve bangun dari tidurnya dengan rambut yang acak-acakkan. Mata jernihnya memandang kearah Akbir yang masih memejamkan mata. Veve menguap lebar. Ia kebelet pipis. Ia berfikir sejenak, apakah ia harus membangunkan Akbir?. Akbir yang sebenarnya tidak tidur, ngakak dalam hati. Ia melirik Veve dengan sebelah matanya. Wajah polos Veve membuat ia ingin terbahak keras. "Kak Akbir! bangun!" Veve menggoyangkan lengan l

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN