*** Plak! Dengan suara yang bergema, tamparan kedua kali yang lebih keras dari sebelumnya mendarat dengan penuh kekuatan di pipi Heros, meninggalkan bekas merah yang memerah di kulit wajahnya yang sensitif. "Jangan sentuh aku!" jerit Nora sambil mundur dengan cepat, menjauhi Heros dengan ekspresi takut yang jelas terpancar dari matanya yang berkaca-kaca. "Jangan sentuh aku, jangan sakiti aku...! Aku tidak mau! Jangan sentuh aku!" Ucapan itu terus bergema di ruangan, disertai dengan ratapan pilu Nora yang menambah kesedihan dalam momen yang tegang tersebut. Dengan kepala yang digelengkan dengan cepat, ia terus menangis dengan penuh keputusasaan. "Mom, ini aku. Aku, Eros, putramu." Heros berbicara dengan suara gemetar, mencoba keras untuk membuat ibunya sadar akan keberadaannya. Dengan