“Sean, arah jarum jam dua!” Suara peringatan dari Arthur, diikuti siluet seseorang yang bergerak begitu cepat, dalam jarak delapan puluh meter di depan sana, berhasil membuat Sean, dan lima anak buahnya mengambil posisi siaga. Mereka arahkan senjata yang sejak tadi berada dalam genggaman, ketika melihat bayangan musuh yang juga tengah menodongkan senapan pada Sean, dan kelima anak buah Black Eagle. Dan tepat ketika jarak di antara mereka hanya sejauh dua puluh meter, salah satu dari ketujuh pria kekar di jalur tersebut, menarik pelatuk pada senjata api di tangannya, hingga membuat bunyi letusan yang cukup kencang, diikuti suara kepakan sayap puluhan burung, yang tiba-tiba saja beterbangan tidak tentu arah, karena merasa nyawa mereka terancam. “TUAN!!” “SEAN!!” Suara teriakan dari bebe