Selama di perjalanan, menuju gedung Elias Grup, tangan pria itu tak henti-hentinya mengusap punggung tangan Sera yang berada dalam genggamannya. Karena melihat kondisi psikis Sera yang cukup terguncang, Sean memilih diam, dan tak bertanya, perihal kejadian yang telah menimpa gadis itu selama beberapa hari terakhir ini. Sean khawatir, Sera akan semakin tertekan, jika ia mendesak dan menuntut penjelasan, apa yang sebenarnya terjadi. “Sebaiknya, kau tinggal di mansionku, Sera. Di sana adalah tempat teraman untuk kau tinggali,” cetus Sean berusaha memecah keheningan. Gadis yang kini tengah menyandarkan kepalanya pada kaca jendela mobil, sembari menatap jalanan kota Roma yang sangat lengang, nampak hanyut dalam pikirannya, dan tak menghiraukan perkataan pria di sampingnya. “Sean, biarkan