Ferrin melangkah setengah maju, tubuhnya sedikit condong ke depan, seakan membentuk dinding tak kasatmata di depan Nyra. “Aku bilang tidak, Sakha. Nyra bersama aku sejak dia kehilangan semuanya. Dia ada bersamaku bukan karena paksaan, tapi karena dia memilih bertahan hidup di sisiku.” Sakha tertawa singkat, sinis. “Choose? Atau tidak punya pilihan? Kalau aku nggak menemukannya hari ini, sampai kapan kamu mau menyembunyikannya dariku?” Tatapannya menusuk, penuh klaim kepemilikan yang membuat Nyra semakin gelisah. Ferrin mengepalkan tangan, menahan diri untuk tidak terpancing. “Aku nggak pernah mengurung atau memaksanya. Dia tetap hidup, bekerja, bernapas bebas. Aku hanya orang yang menolongnya. Tidak lebih… dan kalaupun ada lebihnya, itu bukan hakmu untuk menilai.” Nyra menunduk, hatinya

