Padahal yang sebenarnya terjadi jauh dari dugaan Grisel. Luka kecil di jarinya itu seolah menjadi pertanda samar bahwa seseorang yang terikat dengannya secara batin sedang berada dalam bahaya moral, tunangannya, Sakha, tengah bersama Siva di kamar hotel. Namun Grisel sama sekali tak tahu. Yang ada di pikirannya hanyalah satu nama. Ferrin.
“Dokter... semoga nggak terjadi apa-apa denganmu,” bisiknya sambil menekan luka di jarinya dengan tisu. Hatinya gelisah, napasnya tersengal, seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk segera bertemu dengan pria itu. Tanpa berpikir panjang, ia berlari keluar kamar, melintasi lorong panjang klinik yang sunyi.
Langkahnya terburu-buru, sepatunya beradu cepat dengan lantai. Beberapa perawat yang melihat hanya menatap bingung, namun Grisel tak peduli. Rasa k
