Sakha menunduk lagi, jemarinya kembali mencengkeram dagu Siva dengan kekuatan yang membuat wanita itu meringis. Sorot matanya bukan sekadar marah, tapi seperti seseorang yang menemukan permainan baru yang menghibur. “Tergantung,” ucap Sakha pelan, namun membuat bulu kuduk Siva berdiri. “Tergantung bagaimana kamu bisa… menyenangkan dan memuaskan aku.” Ia kemudian menyentak dagu Siva dengan kasar hingga kepala wanita itu terdorong ke belakang. Tubuh Siva langsung gemetar hebat. Pikirannya penuh ketakutan. Apa maksud Sakha? Apa dia menginginkan tubuhnya? Atau ada sesuatu yang lebih buruk? Satu hal yang pasti, Siva tidak punya pilihan. Hidupnya, kebebasannya, semuanya tergantung pada pria yang berdiri di depannya itu. Dia masih ingin hidup. Masih ingin merasakan udara bebas, berjalan tanp

