Bab 10. Sihir Noah

1082 Kata
“Kenapa kirim kata-kata menjijikan kayak gini?!” kesal Noah, saat melihat pesan singkat yang berhasil dikirim pada nomornya Davina. “Kalian tinggal dimana selama ini, hah?! Di goa?! Ini,” Noah menunjukkan layar ponselnya ke arah Samsul dan Andi, “Kata-kata tahun kapan ini?! Norak!” Noah menatap kesal layar ponselnya, dimana ia merasa malu sendiri membaca pesan yang dikirim anak buahnya. Noah mempercayakan pada kedua anak buahnya untuk mengirim pesan singkat pada Davina, usai membeli makanan yang memang sengaja akan dikirim ke rumah sakit tempat wanita itu bekerja. Niatnya memang ingin memperbaiki hubungan, tahu jika selama ini Noah kerap diabaikan oleh Davina, salah satu trik untuk mendapatkan perhatian wanita itu, yakni dengan mengirimkan makanan. Noah tidak tahu makanan kesukaan Davina, namun saran dari beberapa anak buahnya mengatakan untuk mengirimkan makanan saja. Tidak yakin, tapi Noah tetap melakukannya. Dan lihatlah apa yang terjadi, setelah mempercayakan hal penting sebagai awal pendekatan justru berakhir kacau. Selain kata-kata yang sangat norak, juga pemilihan jenis makanan yang membuat Noah kesal sendiri. “Dokter identik dengan makanan sehat, kenapa kalian justru menyarankan membeli roti dan kopi?!” Noah menatap kesal ke arah Samsul dan Andi, dua anak buah yang paling dekat dengannya. “Kopi dan roti itu makanan paling cepat yang bisa dikonsumsi, Bos bilang wanita itu sibuk, jadi kami belikan makanan yang paling cepat dan mudah untuk dinikmati. Roti dan kopi,” Samsul menjelaskan. “Lagian sejak kapan Bos kirim-kirim kayak gini? Biasanya juga wanita yang ngejar-ngejar, tapi sekarang malah situasinya terbalik.” Andi memasang wajah curiga. “Kami dijodohkan, dan aku harus membangun hubungan ini dengan baik dari awal,” jawab Noah asal. “Oh,, calon istri Bos itu dokter?” Noah mengangguk, “Iya.” “Bos langsung suka?” “Nggak juga sih,” Noah duduk di sofa. “Hanya saja karena dia adalah calon istri pilihan Yunus Adira, aku penasaran rencana apa yang telah disiapkan penjilat itu untukku.” “Jangan terkecoh, bisa jadi wanita itu digunakan Yunus untuk mencari titik lemahmu. Tetap wapay, Bos.” Andi memperingati. “Tentu, aku tidak akan lengah. Lebih mudah membuat wanita itu jatuh cinta padaku terlebih dulu, dengan begitu, akan lebih mudah mencari informasi rahasia yang mungkin sudah diketahuinya.” Andi mengangguk, “Benar.” “Gimana kalau Bos jatuh cinta duluan? Seorang kesatria tidak akan takut kalah di Medan perang, tapi dia akan kalah ketika jatuh cinta.” “Bos nggak akan sembarangan jatuh cinta!” sentak Andi. “Iya,, iya,, semoga saja begitu.” balas Samsul. Noah masih meratapi bingkisan dan kalimat-kalimat yang dikirim dua anak buahnya itu, ia benar-benar malu saat bertemu Davina nanti. Penampilan dan sikapnya berbanding terbalik dengan pesan singkat yang lebih mirip kata-kata mutiara dua puluh tahun lalu. Ia hanya bisa menghela lemah, seharusnya tidak melibatkan anak buahnya untuk mengirim hal-hal penting seperti itu. Noah berencana untuk menemui Davina secara langsung, pendekatan harus tetap berlanjut walau calon istri yang direncanakan keluarga bukan Davina, tapi Laura. Namun Noah akan memberikan pilihan pada keluarganya, khususnya pada kakeknya Johan. Jika lelaki itu tetap ingin melanjutkan perjodohan, maka Noah pun akan mengajukan pilihan yakni dengan mengganti calon istrinya yang semula Laura, menjadi Davina. Malam harinya di rumah sakit sekitar pukul sebelas malam, situasi UGD sangat ramai dan sibuk. Sebuah kecelakaan terjadi, dimana sebuah mobil mewah menabrak pengendara motor yang mengakibatkan satu keluarga terpental dan mengalami luka parah. Si pengendara mobil tidak mengalami luka serius, kecuali mobilnya sedikit lecet namun naas bagi pengendara motor, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak itu harus mengalami luka parah bahkan si ayah langsung tidak sadarkan diri akibat benturan di kepala. Davina yang tengah berjaga langsung sigap menolong bersama rekan perawat lainnya. “Kita butuh bantuan, Dok.” ucap si perawat, saat menangani anak kecil yang terus memberontak dan menangis akibat kesakitan. “Si ibu harus segera ditangani, jika tidak,,,” Davina tidak pernah ingin melibatkan siapapun dalam tugasnya, ia akan berusaha melakukannya sendiri bersama rekan perawat lainnya, tapi malam ini situasinya berbeda. Kondisi pasien harus segera mendapatkan pertolongan, jika tidak, nyawa mereka dalam bahaya. “Kita bisa meminta bantuan dokter Alfarezi, beliau masih ada di ruang kerjanya.” Melibatkan Alfarezi adalah hal yang sangat dihindari, tapi situasinya benar-benar mendesak. “Hubungi dia!” Pada akhirnya Davina memutuskan untuk meminta bantuan dokter Alfa, ia tidak punya pilihan lain. Beruntung dokter itu masih ada di sekitar rumah sakit dan tidak butuh waktu lama lelaki itu datang menghampiri untuk membantu. “Tangani anak itu, aku akan mengurus ibunya.” ucap Dokter berperawakan tinggi itu. Davina hanya mengangguk saja, segera melakukan tugasnya menolong anak kecil berjenis kelamin wanita yang terus berteriak-teriak kesakitan dan memanggil ibunya. Menolong anak kecil memang tidak semudah yang dibayangkan, selain berontak dan berteriak, makhluk kecil itu terus berupaya menggalakkan tindakan medis, seperti saat memasang jarum infus. Tangan mungilnya memiliki kekuatan super, hingga dengan cepat menarik jarum infus yang sudah menempel sempurna di tangannya. Davina dan perawat yang lain harus ekstra sabar, membujuk bahkan berusaha menenangkannya. Noah yang saat itu memang sengaja datang untuk bertemu Davina, berusaha mencari keberadaan wanita itu dengan menyusuri ruang UGD yang ternyata memang ramai. Selain terjadi kecelakaan, juga tiba-tiba saja ruang UGD kedatangan pisen lainnya dengan kasus yang berbeda. Kesibukan terlihat jelas, bahkan saat Noah berhasil menemukan sosok Davina yang tengah berusaha menenangkan anak kecil. Noah berinisiatif menghampiri, bahkan kedatangannya diacuhkan oleh Davina dan perawat yang ada disana. “Biar aku saja,” tiba-tiba Noah mengambil alih memegangi salah satu tangan anak itu. Dengan cekatan dan penuh kelembutan, Noah menghampiri si gadis kecil. “Sssstt jangan nangis. Mau ketemu ibu, kan? Ibu nunggu disana, tapi harus pasang ini dulu, nanti aku antar ke ibu.” Ucapnya dengan lembut dan pelan. Davina menoleh, hendak mengusir Noah agar tidak ikut campur dalam proses pengobatan yang seharusnya dilakukan oleh tenaga medis. “Takut? Sakit? Sini aku peluk.” Davina dan perawat lainnya mengerjap beberapa kali, terkejut dengan apa yang terjadi saat si anak tiba-tiba tenang usai mendapat pelukan dari Noah. Padahal perawat maupun Davina sudah berusaha keras membujuk dengan segala cara, tapi tidak kunjung berhasil. “Entah anak-anak maupun dewasa, wanita memang mudah luluh dengan rayuan dan gampang menawan. Dasar spesies lemah,,” ucap salah seorang perawat lelaki yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari perawat wanita termasuk Davina. “Bercanda,,” balas si perawat laki-laki. “Aku sudah membantu, cepat selesaikan sebelum sihirku habis.” Ucap Noah, sambil mengedipkan satu matanya ke arah Davina. Sayangnya wanita itu tidak tersipu apalagi luluh seperti pasien anak kecil dan beberapa perawat, Davina justru mendengus kesal sambil memalingkan wajahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN