Tak ingin berlama-lama di kediaman Renata, Arya akhirnya memutuskan pergi. Ditambah lagi, sopirnya sudah memberi kabar bahwa ibunya memintanya pulang. Saat di perjalanan, ponsel Arya bergetar—layar menampilkan nama ibunya. Kesal membuncah, tapi ia tahu tak bisa mengabaikan panggilan itu. "Iya, Ma ... ada apa lagi?" Suaranya berat, enggan bicara. "Arya, di mana kamu sekarang? Untuk apa kamu berlama-lama di rumah Renata? Kalian sudah mau menikah, jadi jangan sering-sering mengganggu dia supaya bisa istirahat!" Elisa menegur dengan nada ketus. Arya menarik napas, berusaha tenang. "Astaga, iya Kanjeng Ratu. Aku tadi ketemu Renata cuma untuk bahas pernikahan, Ma. Sekarang aku sudah di jalan pulang. Kalau Mama nggak percaya, tanya saja sama sopir sekaligus mata-mata pilihan Mama ini." "Ya s