Setelah tahu apa yang harus dilakukannya sekarang, Renata melesat keluar dari ruangan ayahnya dengan napas terburu-buru. Matanya menyimpan bara yang tak pernah padam, tekadnya sudah menyala kembali meski sebelumnya nyaris padam. Di kursi kebesarannya, Roy mengawasi dengan senyum penuh arti, melihat semangat putrinya yang belum menyerah meski dunia seakan menentangnya. Hanya butuh sedikit percikan api, Renata langsung bangkit. Lalu, Roy kembali menatap laporan perusahaan yang baru saja ia dapatkan dengan mata penuh harap. "Ini benar-benar sudah di ujung tanduk. Semoga kali ini, Renata bisa menaklukkan hati Edward. Bila perlu, mereka tidak usah bertunangan—langsung menikah saja," gumam Roy penuh ambisi. Ponsel di mejanya tiba-tiba bergetar, sebuah panggilan masuk dari seseorang yang langs