Beberapa hari kemudian, mereka sudah kembali ke New York. Roda mobil hitam itu melaju mulus menembus gerimis sore. Dari balik kaca, Viana memandangi gerbang besi tinggi yang perlahan terbuka, menyambut kedatangan mereka kembali ke mansion Collins. Tak ada rasa lega. Sebaliknya, ada beban dingin yang merayap di dadanya, menekan semakin dalam seiring jarak menuju rumah itu kian menyempit. Seperti pulang ke penjara yang temboknya tak terlihat, tapi terasa mencengkeram. Begitu mobil berhenti di pelataran, Evan menoleh sekilas sebelum turun lebih dulu. “Mulai sekarang, jangan berkeliaran di luar rumah tanpa izinku,” ucapnya tegas. Viana hanya sempat menatap punggung pria itu yang melangkah cepat menuju pintu mansion. Sebuah senyum miris terbit di bibirnya. ‘Apa yang sebenarnya kuharapkan?