Beberapa jam kemudian. Kishi Kai tersadar dari pingsannya. Ia tengah berbaring di suatu tempat tidur. Tangan dan kakinya tak lagi terikat. Tak ada lakban di wajahnya. Ia melihat Adinata sedang duduk di kursi. Wajah santainya tampak sangat memuakkan. “Selamat siang,” sapa Adinata ramah. Kishi Kai langsung mengambil posisi siaga. Laki-laki yang ia hadapi sekarang juga pengkhianat. Penipu. Pembohong. Penjahat b*****t j*****m. Ia pasti melakukan semua itu untuk menjebak dirinya dalam pesona Zania. Sial. “Yang paling ditipu di sini itu aku, Kishi Kai. Kalau kamu pikir aku mengajakmu taruhan karena disuruh sama Pak Acalapati… itu salah besar,” ucap Adinata tenang seolah mampu menebak perasaan Night. “Jangan bicara lagi! Aku tidak akan percaya lagi sama kamu,” balas Kishi Kai tajam. Air mata