Ada yang bertanya, kenapa aku terkesan biasa saja saat aku tahu jika Zahra, mantan istriku, wanita yang aku cintai ternyata kini menjadi istri sepupuku sendiri? Kalian salah besar jika menganggap kalau aku tidak sakit hati menerima kenyataan itu. Sakit. Jelas sakit. Tapi aku sadar, apa yang aku rasakan tidak sebanding dengan apa yang Zahra rasakan dulu. Aku cukup tahu diri. Tidak mungkin juga jika aku harus tidak terima dengan kebersamaan mereka. Mereka sudah terlalu baik padaku. Bahkan mereka tidak menghilangkan sosok diriku, sosok ayah yang sudah terlalu jahat pada calon anaknya. Meskipun saat itu aku tidak tahu bahwa Zahra hamil. Aku sangat berterima kasih pada Zahra dan Fattan, karena aku dapat bertemu dengan putraku. Bahkan dia memanggilku papa. Meskipun sesungguhnya Fattan lebih c